Suara.com - Tidak seperti kabar di luaran di mana monkeypox cenderung hanya menular di kelompok sesama jenis, nyatanya virus cacar monyet juga bisa menginfeksi kelompok anak bahkan bayi.
Hal itu dikatakan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Yanuarso, Sp.A(K). Ia menyebut bagaimana kelompok anak-anak terutama bayi, termasuk kelompok rentan terinfeksi cacar monyet.
"Anak terutama bayi bisa terkena lebih rentan oleh monkeypox ini. Namun demikian, laporan penularan dari orang ke orang cukup jarang. Ada satu laporan, penularan di rumah tangga itu sekitar 9 persen," papar dokter Piprim dalam konferensi pers virtual bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (2/8/2022).
Terkait apakah bisa ditularkan melalui plasenta ibu hamil kepada janinnya, kondisi itu juga bisa saja terjadi, imbuhnya. Namun, data global belum diketahui secara pasti jumlahnya.
"Jadi ini memang masih belum banyak informasi tentang monkeypox," ujarnya.
Meski begitu, ia menekankan bahwa untuk menghadapi kasus penyakit menular apapun, tindakan pencegahan terpenting adalah dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS.
Kebiasaan mencuci tangan, memakai masker dengan baik, juga menghindari kerumunan, bisa dilakukan sebagai pencegahan monkeypox maupun penyakit lain.
Dokter Piprim menegaskan bahwa tindakan pencegahan penting dilakukan mengingat belum ada vaksin monkeypox, terutama untuk anak-anak.
"Vaksinnya belum jelas, belum ada vaksin yang spesifik untuk mencegahnya. Sehingga kita harus hati-hati, kita lindungi anggota keluarga khususnya yang rentan itu golongan bayi, anak-anak dengan imunokompromis juga mungkin lansia," pesannya.
Baca Juga: Kematian Kedua Akibat Cacar Monyet Terkonfirmasi, Seberapa Mematikan Penyakit Ini?
Peran orangtua dalam melindungi anak, dengan menciptakan lingkungan yang aman dan bersih. Serta mengajarkan anak tentang PHBS. Pengajaran tersebut juga menjadi tanggungjawab guru di sekolah.
Dokter Piprim mengingatkan agar orangtua dan guru senantiasa mencontohkan langsung PHBS kepada anak di mana pun berada.
Meskipun sekolah tatap muka (PTM) tengah dilakukan, namun penukaran berbagai penyakit masih bisa dicegah dengan mengikuti aturan protokol kesehatan.
"Biarkan anak-anak itu bisa keluar rumah, bisa bersosialisasi, namun protokol kesehatan tetap dilakukan. Karena penularannya (monkeypox) harus ada kontak yang sangat erat, jadi sebetulnya PHBS sudah cukup. Asalkan anak-anak jika diajarkan dengan baik oleh orang tua juga dicontohkan oleh guru," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah