Suara.com - Kasus cacar monyet sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia kesehatan global, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, kasus cacar monyet sempat dicurigai terjadi di Jawa Tengah.
Namun, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, suspek tersebut dinyatakan negatif. Untuk itu, hingga saat ini kasus cacar monyet dinyatakan belum terdeteksi di Indonesia.
"(Suspek) sudah selesai diperiksa negatif. Jadi bukan suspek lagi mereka. Tapi saya belum tahu update untuk diagnosanya penyakit apa," ucap dr. Maxi saat ditemui di Gedung Kemenkes, Senin (8/8/2022).
Meski demikian, dr. Maxi menegaskan, pihak pemerintah tetap melakukan pengawasan ketat untuk mencegah kasus cacar monyet di Indonesia terus menyebar. Pengawasan ketat ini dilakukan di berbagai pintu masuk penerbangan luar negeri.
Menurutnya, cacar monyet lebih mudah terlihat karena tidak bisa disembunyikan seperti Covid-19. Oleh karena itu, pengawasan menjadi lebih mudah jika dilihat ada suspek yang mengalaminya.
“Kan, itu penyakit enggak seperti Covid-19, enggak bisa sembunyi. Orang sudah bentol-bentol muka (jika terkena cacar)," sambungnya.
Sementara itu, pihaknya juga telah menambah 10 laboratorium penelitian epidemiologi cacar monyet untuk terus mengawasi perkembangan yang terjadi. Laboratorium tersebut juga dibuat di beberapa daerah serta sudah siap digunakan.
"Laboratorium itu di Medan ada, Palembang, Kalimantan, Banjarmasin, Yogyakarta, Surabaya Ambon, Manado, dan di Makassar ada juga. (Laboratorium) sudah siap digunakan, PCR kita lengkap, reagennya sudah didistribusi,” jelas dr. Maxi.
Perluasan sendiri dilakukan karena kasus cacar monyet masih belum terdeteksi namun tetap harus siap siaga. Selain itu, laboratorium juga difokuskan pada wilayah yang memiliki pintu masuk internasional yang rentan.
“Kita perluasan karena kasusnya sedikit kemudian kita mempertimbangkan lagi yang ada prioritas kita berikan agak banyak pada pintu masuk internasional yang agak banyak, Bali, Jakarta, Manado,” ucap dr. Maxi
Sejauh ini dr Maxi mengaku tidak ada rencana perluasan karena kasusnya belum terdeteksi. Namun, ia menuturkan, jika suatu saat kemungkinan kasus semakin meluas, maka akan dilakukan perluasan.
“Kalau kasusnya sudah banyak ya perluas karena lab PCR kita seluruh Indonesia punya gitu, kabupaten juga punya, tinggal tambah reagen saja,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Inikah Kata-kata yang Bikin Keponakan Prabowo Mundur dari DPR?
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas