Suara.com - Tak sedikit yang masih mengira kalau penyakit tifus terjadi akibat tubuh kelelahan atau karena salah konsumsi makanan. Benarkah makan sembarangan dan kerja lembur bisa bikin sakit tifus?
Dokter spesialis penyakit dalam prof. dr. Zubairi Djurban, Sp.PD., mengaku kalau dirinya sendiri masih sering bertemu dengan pasien yang menganggap tifus terjadi akibat kelelahan.
"Ada anggapan di masyarakat yang mengatakan bahwa penyebab tifus itu adalah akibat sering lembur, beban kerja berlebih, istirahat minim, kebanyakan mi instan, begadang, makan di pinggir jalan, apakah semua itu benar?" tulisnya pada akun Twitter pribadinya.
Ia pun mengungkapkan fakta yang benar tentang penyakit tifus sebagai berikut.
Apa tifus terjadi karena konsumsi makanan kurang bersih, dok?
Ini jadi salah satu penyebab. Mungkin makan nasi goreng, bihun goreng, itu aman. Karena digoreng dan bakterinya mati. Tapi sambal atau acarnya kan enggak digoreng. Di leher botol sambalnya pun terkadang sampai hitam. Nah itu bakteri.
Terlalu banyak makan mi instan apa bisa sebabkan tifus juga?
Belum ada studi soal ini dan tifus itu disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhii. Sehingga tidak ada kaitannya.
Kalau kurang istirahat karena kerja lembur, apa bisa jadi penyebabnya?
Baca Juga: Tanya Dokter: Bagaimana Mengatasi Nyeri yang Terjadi Saat Sedang Berlari?
Turut andil iya. Misalnya kerja berlebihan ini bikin daya tahan menurun, istirahat kurang, ditambah mengonsumsi makanan yang kurang bersih.
Penularan tifus bisa terjadi lewat apa?
Bakteri Salmonella Typhii bisa menempel di tangan, atau peralatan makan seperti sendok dan piring. Penularan juga bisa terjadi saat berbagi makanan, dan salah satu tangan tidak higienis dan membawa bakteri itu.
Punya pertanyaan seputar kesehatan, diet, hingga urusan ranjang? Suara.com bisa membantu Anda menemukan jawabannya. Tulis pertanyaan Anda di kolom komentar, untuk bisa dijawab oleh pakar.
Tag
Berita Terkait
-
Ungkit Empati Mahasiswa Unud Bully Kematian Timothy, Prof Zubair Djoerban: Mereka Sudah Mati Rasa?
-
3 Tanda Penyakit Jika Demam Naik Turun
-
Guru Besar Besar Ilmu Penyakit Dalam Jelaskan Kondisi Anemia Aplastik, Penyakit yang Dialami Babe Cabita
-
Biasa Dikonsumsi Jadi Lalap, Prof Zubairi Zubairi Djoerban Ungkap Segudang Khasiat Daun Kenikir
-
Dari Minum Obat Sampai Dibawa Tidur, Mana Pengobatan Kepala Pusing yang Lebih Ampuh?
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan