Suara.com - Upaya pencegahan agar tidak terkena kanker serviks atau kanker leher rahim bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya dengan tidak melakukan hubungan seks saat usia dini.
Hal ini dikatakan oleh spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM. Menghindari seks dengan berganti-ganti pasangan, serta tidak berhubungan seks sejak usia dini bisa mengurangi risiko terkena kanker serviks.
"Setiap kanker punya faktor risiko tersendiri, hindari multiple partner dan tidak berhubungan seks sejak usia dini," kata Nadia dalam konferensi pers daring, Selasa (25/10/2022).
Tak cuma bergonta-ganti pasangan dan aktif secara seksual setelah dewasa, kanker serviks juga bisa dicegah dengan vaksinasi human papillomavirus (HPV). Vaksin itu menjadi wajib dalam program imunisasi nasional juga penting untuk diberikan.
Adapun vaksin HPV diberikan kepada siswi kelas 5 dan 6 SD sebanyak dua kali. Vaksin tersebut bisa diberikan mulai pada anak perempuan sampai wanita berusia 10-45 tahun yang belum aktif berhubungan seksual.
Sementara itu, untuk perempuan yang telah aktif berhubungan seksual, vaksin HPV bisa disuntikkan bila individu belum terinfeksi HPV dan tidak menderita kanker serviks sebelum mendapat vaksin.
Kanker serviks paling sering didiagnosis pada perempuan berusia antara 35 dan 44 tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun. Lebih dari 20 persen kasus kanker serviks ditemukan pada perempuan di atas 65 tahun.
Kanker serviks lebih tinggi tingkat mortalitasnya dibandingkan kanker payudara, terutama karena tingkat skrining yang rendah sehingga kanker serviks ditemukan sudah pada stadium lanjut.
"Karena payudara di permukaan, lebih mudah diraba (ketika ada benjolan)," jelasnya.
Baca Juga: Artis Italia Ini Mengaku Bisa Berhubungan Seks hingga 150 Kali dalam Seminggu
Di sisi lain, kanker serviks sulit terdeteksi bila tidak ada pemeriksaan rutin. Umumnya, kanker leher rahim baru terdeteksi setelah stadium lanjut di mana gejala seperti perdarahan setelah berhubungan seksual muncul.
Pemeriksaan pap smear bisa dilakukan lima tahun sekali, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV. Opsi lainnya adalah pap smear setiap tiga tahun sekali tanpa pemeriksaan HPV.
Hampir semua kanker serviks disebabkan oleh infeksi jenis human papillomavirus (HPV) risiko tinggi tertentu. HPV dapat ditularkan jika terjadi kontak kulit-ke-kulit di area genital.
Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi maupun imunoterapi.
Meski sudah diobati, kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis. Kekambuhan kanker serviks dapat berkembang setelah selesainya pengobatan awal.
Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan semua kanker, tetapi terkadang sel kanker tidak terdeteksi, atau sel kanker baru berkembang.
“Akibatnya, kanker berpotensi kembali ke leher rahim atau daerah sekitarnya, atau ke bagian tubuh lainnya, sehingga harus dipantau secara berkala," kata Nadia.
Jika kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, termasuk pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan.
Adapun untuk pengobatan sistemik terkini, imunoterapi, telah memberikan pilihan baru untuk merawat pasien kanker serviks yang mengalami kekambuhan dan metastasis.
“Imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola,” ujar Nadia.
Mulai tahun ini, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia di Indonesia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Artis Italia Ini Mengaku Bisa Berhubungan Seks hingga 150 Kali dalam Seminggu
-
Kata dr.Boyke Serangan Fajar Bisa Bikin Anu Suami dan Istri Keluar Bareng
-
Bukan Lewat Belakang Saja, Fantasi Liar Denise Chariesta Usai Adu Tegang Bersama Pacar Bagian Ini Suka Ditarik
-
Coba Cara dari dr.Boyke Ini Ketika Miss V Sering Kering saat Bercinta Sama Suami, Jamin Aman
-
India Izinkan Tahanan Berhubungan Seks di Penjara, Syaratnya Harus Suami-Istri
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Menpan-RB Kode CPNS 2025 Kembali Dibuka, Ini Cara Daftar dan Syaratnya
-
Dulu Raja Rokok Hingga Saham, Kini Gudang Garam Berada di Tepi Jurang
-
Burden Sharing Kemenkeu-BI Demi Biayai Program Prabowo
-
Skandal Domino Menteri Kehutanan: Beneran Nggak Kenal atau Tanda Hilangnya Integritas?
-
Mikel Merino Hattrick, Spanyol Bantai Turki Setengah Lusin
Terkini
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini