Suara.com - Penyakit paru satu ini sangat berbahaya hingga tak bisa disembuhkan. Karena itu, dokter mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk pencegahan sebelum terlambat. Penyakit apa itu?
Penyakit Paru Obstruktif Kronik alias PPOK masih perlu perhatian serius. Di momen Hari PPOK 2022, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) kembali ingatkan deteksi dini PPOK sangat penting.
Deteksi dini diperlukan mencegah kondisi pasien PPOK jatuh ke kondisi berat, apalagi penyakit tidak menular yang menyerang paru ini tidak bisa disembuhkan.
"Mengurangi risiko untuk mencegah perkembangan penyakit, mencegah serangan akut dan menurunkan risiko kematian. Mengingat bahwa PPOK tidak dapat disembuhkan maka pencegahan dan deteksi lebih dini akan jauh memberikan manfaat yang lebih besar," Dokter Spesialis Paru, Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(P), FISR, saat konferensi pers, Rabu (16/11/2022).
Ia menambahkan deteksi dini PPOK ini bisa menggunakan skor PUMA, yang saat ini sedang digalakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerjasama dengan PDPI, dilakukan di puskesmas dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Setelah skor tersebut, hasilnya akan ditindaklanjuti dengan spirometri atau faal paru, yaitu pengukuran obyektif apakah fungsi paru seseorang dalam keadaan normal atau abnormal.
Adapun sebelum pasien benar-benar didiagnosis PPOK, dokter akan lebih dulu memperhatikan gejala dan faktor risiko yang dialami pasien, hingga akhirnya hasil dikonfirmasi melalui pemeriksaan spirometri.
Faktor risiko PPOK bisa berupa pajanan terhadap asap rokok dan polusi udara serta jenis pekerjaan pasien apakah terpajan dengan asap atau tidak. Lalu ada juga gejala seperti napas pendek, batuk kronik berdahak
Namun setelah PPOK terdeteksi, kata Dr. Fathiyah yang bisa dilakukan menerapkan pengobatan dengan tujuan pasien kondisi selalu stabil, karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan.
Baca Juga: Ini Gejala Popcorn Lung, Risiko Penyakit Paru Akibat Rokok Elektrik
"Mengurangi gejala dan mengurangi risiko. Mengurangi gejala untuk memperbaiki kemampuan beraktivitas dan memperbaiki status kesehatan. Mengurangi risiko untuk mencegah perkembangan penyakit, mencegah serangan akut dan menurunkan risiko kematian," jelas dia.
Perlu diketahui PPOK adalah penyakit yang bisa dicegah dan ditangani, punya karakter gejala pernapasan dan keterbatasan aliran udara yang persisten dan progresif.
Selain itu, PPOK juga jadi satu dari 3 penyebab kematian di dunia, terjadi pada 384 juta penduduk dunia. Di Indonesia sendiri berdasarkan Riskesdas 2013, total estimasi penderita PPOK adalah 3.7 persen dari total penduduk.
Berita Terkait
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Investasi Jangka Panjang: Kenapa Anda Perlu Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala?
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia