Suara.com - Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hal ini dikarenakan berbagai hasil riset membuktikan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok, sehingga dapat dimanfaatkan oleh perokok dewasa yang mengalami kesulitan untuk berhenti merokok.
Dukungan terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif guna menekan angka perokok juga menjadi pembahasan dalam pembahasan pada The E-Cigarette Summit 2022, yang diselenggarakan di London, Inggris, beberapa waktu lalu.
Robert West, Profesor Emeritus Kesehatan Psikologi dari University College menjelaskan, negara-negara dengan sistem pengendalian tembakau yang kuat cenderung mendukung penggunaan produk tembakau alternatif sebagai alat bantu populer untuk beralih dari kebiasaan merokok.
“Saat digunakan sebagai bagian dari upaya untuk beralih dari kebiasaan merokok, produk tembakau alternatif dinilai lebih efektif daripada produk terapi pengganti nikotin yang berlisensi. Tapi, sayangnya di beberapa negara lainnya, upaya untuk mendorong pemanfaatan produk tembakau alternatif ini masih belum maksimal,” tegas Robert, seperti dikutip Rabu (28/12/2022).
Salah satu faktor penghambat dalam mendukung pemanfaatan produk tembakau alternatif adalah standar ganda pada berbagai kajian ilmiah. Robert menjelaskan saat ini masih banyak hasil riset yang tidak objektif dan cenderung mendukung pandangan para meneliti yang menilai bahwa produk tembakau alternatif tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Padahal, berdasarkan hasil sejumlah kajian ilmiah, produk tembakau alternatif, meski tidak sepenuhnya bebas risiko kesehatan, mampu meminimalisasi risiko penggunaannya hingga 95 persen. Hal ini dikarenakan produk tembakau alternatif, khususnya rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, menerapkan sistem pemanasan sehingga hasil dari penggunaannya berupa uap (aerosol), bukan asap yang mengandung TAR. Dengan fakta tersebut, produk ini sudah seharusnya dimaksimalkan sebagai upaya mengurangi prevalensi merokok.
“Saya berharap produk tembakau alternatif akan diatur di seluruh dunia sedemikian rupa untuk memaksimalkan ketersediaannya sebagai salah salah satu serangkaian alat bantu untuk beralih dari kebiasaan merokok di pasar global,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Senior dari Universitas Bristol, Jasmine Khouja, menambahkan harus adanya dukungan dari negara dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti dari kebiasaannya sekaligus menjauhkan mereka mengakses rokok. Secara bersamaan, pemerintah juga harus mencegah anak muda dan non-perokok menggunakan produk tembakau alternatif.
“Bagi para pembuat kebijakan, Anda harus mengetahui apa yang paling membantu bagi pengguna produk tembakau alternatif dan perokok. Jika ingin berjalan dengan baik, Anda tidak dapat melakukannya tanpa berbicara dan mendengar pandangan mereka,” kata Jasmine.
Baca Juga: Mengenal Panic Attack, Gangguan yang Diduga Sempat Dialami Aliando Syarief
Di kesempatan berbeda, Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Amaliya mengatakan produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok. Hal ini diperkuat berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan di dalam dan luar negeri. Dengan mendorong perokok dewasa beralih ke produk ini akan membantu Pemerintah Indonesia dalam menurunkan prevalensi merokok sekaligus menciptakan perbaikan kualitas kesehatan.
“Produk tembakau alternatif dapat dimanfaatkan untuk perokok dewasa yang sulit berhenti merokok. Produk ini juga bisa menjadi solusi komplementer sejalan dengan Program Berhenti Merokok yang telah dilaksanakan pemerintah,” ujar Amaliya.
Berita Terkait
-
Kondisi Kesehatan Indra Bekti Semakin Parah Hingga Tidak Sadarkan Diri: Pembuluh Darah Kepala Sebelah Kiri Pecah
-
Kemenkes: Ratusan Pasien Covid-19 Berkeliaran di Fasilitas Umum dalam Dua Pekan Terakhir
-
Hilangkan Stres, Baca Doa Kesehatan Mental Pagi dan Sore, Kisah Siti Fathimah Ra Putri Rosulullah Muhammad SAW
-
Bukan Penyakit Sepele, Berikut Apa Itu Pendarahan Otak, Penyebab, dan Gejalanya
-
Pekerja Keras! Indra Bekti Pingsan Saat Lakukan Aktivitas Ini, Sang Manajer Akui Indra Bekti Sempat Keluhkan Kondisi Kesehatan: Akhirnya Kayak Gitu
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Takut Pecah Belah Timnas Indonesia, Konflik STY vs Mees Hilgers akan Dibongkar Setelah Oktober
-
9 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Suntik Dana Rp200 Triliun, Menkeu Purbaya ke Para Bos Bank BUMN: Suruh Mikir, Mereka Orang Pintar!
-
Terbongkar! Tangan Kanan Akui Shin Tae-yong Memang Punya Masalah dengan Mees Hilgers
-
Intip Statistik Jay Idzes saat Sassuolo Hajar Lazio, Irak dan Arab Saudi Bisa Ketar-ketir
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?