Suara.com - Gagal ginjal menjadi salah satu penyakit yang menjadi perhatian dunia kesehatan. Pasalnya jika tidak segera dilakukan pengobatan dapat berdampak buruk, bahkan menyebabkan kematian.
Pada kondisi yang parah, pasien gagal ginjal biasanya harus melakukan hemodialisa alias cuci darah secara rutin. Hal ini dilakukan untuk menyaring limbah dan air dari darah dalam tubuh.
Namun, untuk kondisi hemodialisa ini tidak menjamin kesembuhan para pasien dengan kondisi gagal ginjal parah. Oleh sebab itu, bagi para pasien gagal ginjal, alternatif lain untuk menyembuhkannya yaitu dengan melakukan transplantasi.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI, Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, mengatakan, transplantasi ginjal menjadi salah satu pengobatan yang paling ideal. Dengan melakukan transplantasi, hal tersebut langsung mengatasi permasalah yang terjadi.
“Dapat dikatakan bahwa transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal, tidak seperti dialisis yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja,” ungkap Prof. Endang dalam acara “Launching Transplantasi Ginjal Siloam Hospitals ASRI, di Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (12/1/2022).
Tidak hanya itu, Prof Endang menuturkan, pasien gagal ginjal yang melakukan transplantasi juga memiliki harapan hidup lebih lama.
“Manfaat transplantasi dalam meningkatkan harapan hidup. Bisa dilihat pada pasien dialisis yang disebabkan oleh diabetes melitus yang dinyatakan memiliki harapan hidup 8 tahun, namun jika dilakukan transplantasi ginjal, pada kelompok umur yang sama, harapan hidupnya meningkat menjadi 25 tahun,” sambung Prof. Endang.
Sementara itu, Prof Endang mengatakan, dengan kemajuan teknologi yang pesat saat ini membantu proses transplantasi dengan hasil yang baik. Oleh sebab itu, pasien dengan gagal ginjal dapat memiliki harapan hidup yang lebih baik.
“Transplantasi ginjal mengalami berbagai kemajuan yang pesat dalam bidang medis dan bedah. Saat ini di Indonesia sudah diterapkan metode pemeriksaan persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru sehingga mengurangi angka rejeksi. Teknik operasi terbaru yang sama dengan di luar negeri pun sudah diterapkan, sehingga keberhasilan harapan hidup donor dan pasien tidak berbeda dengan hasil di luar negeri,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?