Suara.com - Sering merasa kebas, nyeri, kesemutan, atau mengalami rasa seperti tertusuk jarum di tangan dan kaki Anda? Hati-hati, Anda mungkin mengalami Neuropati Periferal (PN) yang kerap dialami oleh penderita diabetes dan pradiabetes.
Faktanya, 8 dari 10 pasien dengan PN tidak menyadari sinyal yang dikirimkan oleh saraf mereka, sehingga kondisi mereka tetap tidak terdiagnosis dan gejala terus memburuk. Jangan sampai Anda menjadi salah satu dari mereka, ya!
Apa Itu Neuropati Periferal?
Jutaan orang menderita penyakit ini tanpa menyadarinya, sehingga tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati selama bertahun-tahun dan menghadapi rasa sakit. Neuropati Periferal disebabkan oleh kerusakan saraf, dan ini adalah salah satu penyakit paling umum pada sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi tubuh kita, mulai dari sensasi di tangan hingga gerakan otot.
Gejala yang sering muncul meliputi mati rasa, kesemutan, rasa seperti ditusuk, hingga nyeri terbakar, terutama pada kaki dan tangan.
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyebab utama PN, dengan prevalensi yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penderita diabetes. Menurut Dr. Bien Matawaran (Konsultan - Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme, Rumah Sakit UST & Mantan Presiden - Perhimpunan Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme Filipina), kasus PN pada penderita diabetes sangat umum terjadi di Asia Tenggara. Bahkan, di beberapa negara, prevalensinya mencapai hampir 60%.
Sebuah studi di Filipina pada tahun 2000 melalui proyek Diabcare-Asia, yang melibatkan 2.708 pasien di pusat diabetes, melaporkan prevalensi 42% untuk neuropati diabetik berdasarkan catatan medis. Dan sering kali, orang tidak menyadari bahwa mereka berisiko karena faktor risiko tidak terlihat jelas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mewaspadai gejala dan melakukan pemeriksaan dini.
Siapa yang Berisiko Mengalami PN?
Kekurangan vitamin B dan penggunaan banyak obat (polimedikasi) merupakan faktor risiko tinggi lainnya selain diabetes, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf perifer. Orang yang berisiko tinggi mengalami PN antara lain pasien diabetes, orang obesitas, pasien kemoterapi atau pasca operasi, lansia, peminum alkohol berat, orang dengan kekurangan gizi, serta perokok. Namun, penyakit ini juga dapat memengaruhi individu yang lebih muda dan tampaknya sehat tanpa alasan yang jelas.
Baca Juga: Makan Malam Berat Berisiko Picu Diabetes? Ini Hasil Studi Terbaru
Dalam paparan Dr. Rizaldy Pinzon, Spesialis Saraf di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta - Indonesia, dalam acara P&G Health Asia Pacific Media Roundtable di Manila, Filipina, yang dipantau Suara.com secara online, dikatakan bahwa banyak orang yang terkena penyakit ini tidak menyadari bahwa gejala yang mereka rasakan disebabkan oleh PN.
"Karena penyakit ini sering berkembang secara perlahan, dimulai dengan gejala ringan yang hampir tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama. Dan pada titik tertentu, gejalanya menjadi lebih parah, mengganggu, dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien," kata Dr. Rizaldy.
Bukan tak mungkin tiba-tiba pasien mulai kehilangan mobilitas, kesulitan menaiki tangga atau mengemudi, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana seperti memasak, mengalami kesulitan tidur, bahkan cedera pada kaki yang tidak mereka sadari – semua ini disebabkan oleh kerusakan saraf yang semakin parah.
Mengenai hambatan dalam diagnosis dini, Dr. Francis Pasaporte, Konsultan Diabetologi di Rumah Sakit Provinsi Iloilo dan Mantan Presiden Diabetes Filipina, menyatakan, "Hambatan di antara pasien dan masyarakat termasuk kurangnya kesadaran tentang PN dan faktor risiko, tidak menyadari tanda-tanda awal, tidak segera berkonsultasi dengan dokter, dan kesulitan dalam menggambarkan gejalanya. Di sisi lain, para dokter sering menghadapi tantangan dengan klinik yang padat dan waktu yang terbatas, serta kurangnya kesadaran dan rutinitas dalam mendiagnosis PN.”
Oleh karena itu, penyakit ini sering kali hanya dikenali dan didiagnosis pada tahap yang sudah terlambat, ketika kerusakan saraf — yang seharusnya bisa dihindari lebih awal — sudah berkembang. Ketika lebih dari 50% serabut saraf sudah rusak, tiba pada titik tak bisa kembali di mana regenerasi saraf tidak lagi memungkinkan.
Alat Skrining Mandiri Digital yang Sederhana untuk Pasien
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
Terkini
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!