Suara.com - Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/9) lalu menyisakan sorotan menarik, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di India. Dalam penutup pidatonya, Prabowo mengucapkan salam lintas agama, termasuk kalimat "Om Shanti, Shanti", yang langsung viral dan menuai banyak apresiasi.
Media India Today bahkan menuliskan artikel berjudul Indonesia President Signs Off UN General Assembly Speech with Om Shanti. Mereka menilai, ucapan itu membawa pesan harmoni di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
Sementara The Times of India menyoroti cara Presiden Indonesia tersebut merangkul berbagai salam keagamaan, dari Islam hingga Hindu, Yahudi, dan Buddha.
Tak sedikit warganet India yang memuji sikap toleran Prabowo. Seorang pengguna media sosial menuliskan, "Seorang presiden negara Muslim dengan 87 persen penduduknya Muslim mengucapkan salam ‘Om Shanti’ itu sungguh luar biasa."
Ada pula yang menyebut, "Mendengar Presiden Prabowo di PBB dengan seruan universal terhadap perdamaian terdengar sangat istimewa."
Namun, apa sebenarnya arti "Om Shanti Shanti" yang diucapkan dalam forum dunia itu?
Makna "Om Shanti Shanti Om" dalam Hindu Bali
Bagi umat Hindu, khususnya di Bali, ucapan "Om Shanti Shanti Shanti Om" sangat akrab terdengar. Kalimat ini sering diucapkan di akhir doa, sembahyang, pertemuan, hingga pidato resmi.
Secara harfiah, kata "Om" adalah suara suci yang melambangkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Baca Juga: Apa Itu Bintang Jasa Utama? Penghargaan dari Presiden Prabowo untuk Bill Gates
Dalam tradisi Hindu Bali, Om disebut juga "Ongkara", simbol Tri Murti: Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Siwa (pelebur). Ucapan "Om" sendiri terbentuk dari tiga huruf: A, U, dan M, yang mana masing-masing mewakili tiga aspek ketuhanan tersebut.
Sementara itu, kata "Shanti" berarti damai. Pengulangannya sebanyak tiga kali melambangkan doa agar kedamaian menyertai manusia di tiga tingkatan kehidupan:
1. Fisik, diharapkan kita semua terhindar dari penyakit, bencana, dan gangguan alam.
2. Mental, diharapkan kita semua terbebas dari kegelisahan, amarah, dan kekacauan pikiran.
3. Spiritual, diharapkan kita semua mencapai ketenangan jiwa dan harmoni batin.
Dengan demikian, ucapan lengkap “Om Shanti Shanti Shanti Om” dapat dimaknai sebagai doa yang berarti, Ya Tuhan, semoga selalu ada keselamatan, damai di hati, damai di dunia, dan damai abadi.
Penulisan dalam Aksara Bali
Dalam aksara Bali, frasa Om Shanti Shanti kerap dijumpai dalam lontar, naskah keagamaan, hingga prasasti yang berkaitan dengan tradisi Hindu Bali.
Kalimat ini juga terdapat dalam Mantra Puja Tri Sandya, doa yang diucapkan umat Hindu Bali tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Salah satunya berbunyi:
Om ksantavyah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Ksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Om santih, santih, santih om
Artinya:
Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa anggota badan hamba. Ampunilah dosa perkataan hamba. Ampunilah dosa pikiran hamba. Ampunilah hamba dari kelalaian hamba. Semoga damai, damai, damai, ya Tuhan.
Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam praktik sehari-hari, ucapan Om Shanti Shanti Shanti Om biasa digunakan di akhir sambutan, rapat adat, maupun upacara keagamaan.
Sama halnya dengan "Om Swastyastu: yang kerap dipakai sebagai salam pembuka, Om Shanti digunakan sebagai salam penutup. Karenanya penempatan Om Shanti dalam pidato Presiden Prabowo sudah tepat dilakukan di akhir pidato.
Dalam konteks pidato Presiden Prabowo di PBB, penyebutan "Om Shanti Shanti" bukan sekadar salam, melainkan pesan simbolis bahwa Indonesia ingin menyuarakan harmoni di tengah dunia yang penuh ketegangan.
Itu karena, seperti yang dijelaskan di atas bahwa ucapan yang terdengar sederhana ini sesungguhnya membawa pesan yang universal. Terdapat harapan akan kedamaian yang menyentuh jasmani, pikiran, dan jiwa manusia. Tak heran bila kalimat ini kerap dijadikan penutup doa, meditasi, atau pertemuan penting.
Demikian itu arti "Om Shanti Shanti Shanti Om" yang mana lebih dari sekadar frasa. Ia adalah doa, harapan, sekaligus filosofi hidup yang diwariskan umat Hindu dari generasi ke generasi dengan makna damai yang mendalam. Kalimat ini kini melampaui batas agama dan budaya, menjadi seruan universal bagi umat manusia untuk mengutamakan perdamaian.
Kontributor : Mutaya Saroh
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
Terkini
-
Rahasia Kecantikan Ayu Ting Ting, Masuk Daftar 100 Wanita Tercantik 2025
-
Sparks Fashion Academy Gandeng UMKM: Lahirkan Fashionpreneur Muda dan Dorong Ekonomi Kreatif
-
Ayu Ting Ting Masuk Nominasi 100 Wanita Tercantik di Dunia 2025, Pendapat Netizen Terbelah
-
Pendidikan dr. Tan Shot Yendan, Berani Kritik Program MBG Tak Bergizi Seimbang
-
4 Artis Jualan Peyek: Punya Pinkan Mambo Viral Jadi Omongan, Harganya Rp150 Ribu
-
Sangun Ragahdo Anak Siapa? Pengacara Tasya Farasya Punya Latar Belakang Mentereng
-
Sate Kere, Kuliner Legendaris Solo dan Jogja yang Punya Sejarah Unik
-
Cara Membedakan Sepatu Asics Ori dan KW, Lengkap dengan Rekomendasi Toko Resminya
-
Tasya Farasya Bawa Hermes Himalaya Tapi Cuma Minta Nafkah Rp100, Inikah Cara Balas Dendam Gemini?
-
7 Rekomendasi Skincare untuk Busui, Ada Anti Aging dan Mencerahkan Kulit