Suara.com - Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merogoh koceknya ikut patungan membayari uang darah atau uang diyat buat menebus TKI Satinah asal Ungaran, Semarang, yang bakal menghadapi hukuman pancung beberapa hari lagi di Arab Saudi.
Saat didatangi aktivis Migrant Care dan Anggota DPR Rieke Dyah Pitaloka di Balaikota, Rabu (26/3/2014), hari ini Jokowi langsung sigap membuka dompetnya dan mengambil lembaran uang yang tersimpan.
Jokowi tak berkomentar saat dimintai sumbangan, malah Rieke yang rupanya sigap menjawab sindiran jurnalis yang heran Jokowi hanya menyumbang Rp10 ribu.
"Pak Jokowi sudah ngasih amplop kok. Ini amplopnya, tapi isinya, ada deh," sambar Rieke.
Sumbangan itu menurut Rieke sebagai upaya membayar uang diyat buat Satinah.
"Sekarang sumbangannya sudah Rp2,4 miliar, masih kurang dengan batas waktu yang ada," tutur Rieke.
Usai meminta sumbangan, Migrant Care memberikan cinderamata sebuah kaos khusus untuk Jokowi. Kaos itu bertuliskan "JKW4 Save Satinah" dengan gambar Jokowi dan Satinah.
Disinggung soal angka empat yang ada di kaos itu. Jokowi lagi-lagi terdiam. Apalagi ketika diidentikkan angka 4 itu untuk nomor PDI Perjuangan dalam Pemilu 2014 mendatang.
Satinah dikabarkan bakal dieksekusi pancung pada 5 April 2014.
Satinah divonis hukuman mati dengan cara dipancung pada Agustus 2011 lalu karena terbukti membunuh majikannya Nura Al Gharib di wilayah Gaseem, Arab Saudi. Dia juga dituding mencuri uang lebih dari 37 ribu Riyal.
Hukumannya sempat ditunda sebanyak 4 kali. Yakni pada agustus 2011, Desember 2012, Juni 2013, Februari 2014 dan waktu Satinah tinggal sepuluh hari lagi kalau negosiasi uang diyat tak juga berhasil.
Pemerintah hanya menyanggupi membayar sekitar Rp12 miliar, sementara keluarga bekas majikan Satinah menuntut uang diyat sebesar Rp21 miliar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO