Suara.com - Hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 selama 30 hari dipastikan akan menghadirkan perubahan besar dalam industri penerbangan. Salah satunya adalah perlunya alat untuk bisa mengetahui posisi pesawat setiap saat. Selama ini, alat untuk mengetahui posisi pesawat adalah Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS). Namun, sistem ACARS pada MH370 dimatikan secara manual dari dalam pesawat.
“Meningkatkan cara untuk bisa tetap mengetahui posisi pesawat di setiap waktu adalah hal yang penting. Ini menjadi prioritas paling penting saat ini,” kata Kepala Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Tony Tyler.
Sistem ACARS yang digunakan maskapai penerbangaan saat ini akan mengirim pesan digital pesawat melalui satelit atau video VHS. Sistem ini digunakan oleh maskapai penerbangan besar di dunia.
Namun, maskapai penerbangan bisa menghemat pengeluaran dengan mengurangi frekuensi transmisi. Malaysia Airlines MH370 hanya melakukan transmisi setiap 30 menit sekali. Karena itu, industri dan pengawas mempertimbangkan untuk mewajibkan pelacakan satelit secara “real time” kepada semua pesawat.
“Sebelum kejadian MH370, masalah ini tidak dianggap sebagai prioritas. Kini, pengawasan satelit secara real time harus dikaji lagi,” kata Presiden Flight Safety Foundation,Ken Hylander.
Perubahan lain yang kemungkinan akan dilakukan adalah menaruh kamera di ruang kokpit. Ini dilakukan untuk mengkaji ulang kemampuan pilot salam mematikan sistem komunikasi apabila diperlukan. Usulan ini sebenarnya sempat menjadi wacana. Namun, asosiasi pilot menolak penempatan kamera di ruang kokpit.
Ketika pesawat Air France 447 jatuh di Samudera Atlantik pada 2009 dan menewaskan 228 penumpang, wacana tentang pelacakan pesawat secara “real time” sempat mengemuka. Namun, hal itu tidak ditindaklanjuti setelah kotak hitam pesawat mengungkapkan penyebab jatuhnya Air France karena kegagalan sistem dan kesalahan pilot.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) akan mengumpulkan para ahli, termasuk Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) untuk membahas wacana tentang perubahan aturan di industri penerbangan. (AFP/CNA)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru