Suara.com - Calon presiden dari PDI Perjuangan (PDI-P), Joko Widodo (Jokowi), diminta mempertimbangkan kembali jika ingin memilih Jusuf Kalla (JK) sebagai pendampingnya. JK, dengan berbagai alasan, dikhawatirkan dapat melemahkan pemerintahan Jokowi, apabila terpilih sebagai pendamping mantan Wali Kota Solo itu.
Hal itu dikatakan pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens dalam diskusi yang digelar Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2014). Karena itu, lanjut Boni, Jokowi dan Ketua Umum PDI-P, Megawati Sukarnoputri harus berhati-hati memilih cawapres agar tidak terjebak pada praktik-praktik pragmatisme sesaat.
Pada kesempatan itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Herdi Sahrasad, turut angka suara soal JK. Menurutnya, mantan sang mantan wakil presiden lebih tepat berperan sebagai negarawan dalam kondisi saat ini.
Ia khawatir 'nama harum' JK akan luntur bila kembali masuk ke dalam pemerintahan. "Pilpres sekarang saya sebut lapangannya sangat licin dan becek. Sayang sekali bila JK terpeleset dalam kubangan praktik yang mendegradasi dirinya. Karena itu saya ingatkan JK untuk jadi negarawan," kata Herdi.
Hal senada dikatakan Freedom Foundation Darmawan Sinayangsah. JK, menurutnya, lebih baik menjadi negarawan ketimbang menjadi wakil presiden.
Sedangkan, Adhie Massardhie, dari Koalisi Masyarakat Bersih, juga mengatakan, kalau Jokowi ingin didampingi orang yang mengerti ekonomi, maka carilah ekonom. "Masih banyak," katanya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!