Suara.com - Menyaksikan debat capres-cawapres yang berlangsung tadi malam Senin (9/6/2014), banyak kalangan yang mengapresiasi program kedua pasangan. Terkait dengan pemerintahan yang efektif dan bebas dari korupsi, kedua pasangan capres-cawapres memiliki pendekatan yang berbeda jika terpilih menjadi presiden.
Capres nomor urut 1, Prabowo Subianto menyampaikan gagasan yang cenderung konseptual dan tidak menyentuh teknis pelaksanaan. Sementara capres nomor urut 2, Jokowi menyampaikan gagasan teknis operasional bagaimana mengantisipasi potensi korupsi dengan penggunaan sistem online (IT).
“Prabowo hanya menyampaikan konsep atau gagasan, belum menyinggung teknis pelaksanaannya. Sebaliknya, Jokowi menyampaikan teknis pelaksanaan tentang apa yang akan dia lakukan,” kata Ketua Umum Forum Akademisi IT (FAIT), Hotland Sitorus, di Jakarta, Selasa (10/6/2014).
Sebagaimana diutarakan Jokowi dalam debat tersebut, jika terpilih akan menerapkan sistem online dalam pemerintahannya, seperti, e-government, e-procurement, e-catalog, IMB online yang diyakini dapat menghilangkan pungutan liar menutup peluang korupsi.
“Apa yang disampaikan Jokowi adalah terobosan besar bagi bangsa ini. Oleh karena itu, FAIT mendukung program penerapan teknologi IT ini demi terciptanya pemerintahan yang efektif dan efisien,” kata Hotland Sitorus yang juga dosen IT di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
Hotland Sitorus menitipkan pesan kepada capres yang serius menggunakan teknologi IT dalam pemerintahannya agar mulai lima tahun ke depan pemilihan umum (pemilu), baik pemilukada, pileg dan pilpres juga menggunakan sistem online (e-election).
“Bila sistem pemilu online (e-election) ini diterapkan baik di pemilukada, pileg dan pilpres, maka efisiensi dan efektifitas dapat dihadirkan, bahkan kecurangan pemilu dapat dihilangkan,” kata Hotland Sitorus.
“Apabila e-election ini diterapkan, akan dapat mengefisiensi uang negara sebesar Rp100 triliun setiap tahunnya karena tidak perlu lagi kertas suara, tidak perlu lagi tinta, tidak perlu lagi biaya distribusi logistik, bahkan penyelenggara cukup 3 orang di setiap TPS. Sistem e-election ini juga dapat digunakan di setiap pilkada,” kata Hotland Sitorus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh