Suara.com - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego mengatakan, waktu kampanye yang semakin sempit membuat pertarungan kampanye antara dua pasang kandidat capres makin sengit dan diwarnai dengan upaya intimidasi satu sama lain.
"Dengan upaya sampai pada kampanye dan intimidasi. Ini suatu yang niscaya, karena waktu yang sedikit, kalau di film namanya kejar tayang," kata Indria dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (19/6/2014).
Dia menambahkan, saat ini presentasi elektabilitas kedua pasangan hampir imbang. Di mana Jokowi-JK mendapatkan sekira 40 persen dan Prabowo-Hatta 30 persen. Dengan begitu masih ada 30 persen swing voter atau pemilih mengambang yang menjadi rebutan.
"Pasar politiknya di situ," tuturnya.
Namun, dia menilai, dari 30 persen pemilih ini tidak akan dimenangkan semua. Menurutnya di era politik demokratis ini orang tidak memilih itu juga pilihan. Bahkan, dia mencontohkan di Amerika yang disebut sebagai negara demokratis hanya 60 persen partisipatif warga.
"Jadi sekali lagi, hanya Orde Baru yang bisa mengkatrol pemilu hingga 80 persen, karena politik represif. Sekarang politik demokratis. Hanya disadarkan oleh KPU lewat iklan, kemudian oleh masing-masing kandidat, oleh kampanye,” kata Indria.
Menurunnya jumlah pemilih mengambang, serta peningkatan partisipasi warga karena warga perkotaan yang mulai melek politik karena peran media sosial, kendati dengan persentase kecil.
“Paling hanya 10 persen. Jadi 20 persen golput," tuturnya.
Pilpres 9 Julis 2014 diikuti dua pasangan kandidat capres cawapres. Nomor urut satu yakni Prabowo-Hatta Rajasa yang didukung enam partai dan pasangan nomor urut dua Jokowi-JK yang diusung lima partai.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Peneliti BRIN Ungkap Demokrasi Sejati Adalah Saat Suara Rakyat Didengar, Bukan Hanya Dipilih
-
Irine Gayatri BRIN Bedah 'Pasang Surut' Gerakan Rakyat
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash