Suara.com - Ketua Umum Forum Akademisi IT, Hotland Sitorus, membeberkan setidaknya ada dua bagian yang tidak kelihatan, tapi berpotensi untuk direkayasa dalam pelaksanaan Pemilu Presiden 2014.
Pertama, proses transmisi (pemindahan) hasil perhitungan dari tempat pemungutan suara tempat pemungutan suara ke panitia pemungutan suara.
"Sertifikat C1 sangat potensial direkayasa. Modus rekayasa adalah memanfaatkan suara golput dan Memindahkan suara antar kandidat capres," kata Hotland, Selasa (8/7/2014).
Kedua, perangkat bantu rekapitulasi penghitungan suara berupa formula excel. Formula ini, kata Hotland, dapat direkayasa dengan tujuan mengatur distribusi suara.
“Selain penyelenggara pemilu, saksi-saksi di pilpres juga sangat menentukan kualitas penyelenggaraan pilpres itu sendiri," katanya.
Menurut Hotland, potensi kecurangan selama pelaksanaan pilpres dapat diantisipasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan saksi-saksi saat mengawasi pilpres.
Satu, periksa C1 yang digunakan di TPS, pastikan keasliannya dengan hologram yang menyatu dengan lembar C1, bukan hologram tempelan.
Dua, saksi di TPS harus menandatangani C1 dan menerima foto kopiannya. Tiga, saksi di PPS harus memeriksa C1 yang dimiliki PPS sebelum melakukan rekapitulasi, C1 harus berhologram asli, bukan hologram tempelan, atau mencocokkan tandatangan saksi dengan C1 foto kopian yang dimiliki.
Keempat, saksi di PPS harus mengikuti rekapitulasi di PPS dengan cermat, periksa penghitungan perolehan suara kedua kandidat, suara tidak sah dan suara golput dan mencocokkannya dengan data dari TPS.
Lima, saksi di PPS wajib mendapatkan soft copy excel yang digunakan sebagai perangkat rekapitulasi penghitungan suara di PPS. Enam, saksi di PPK dapat mengikuti langkah-langkah yang dilakukan oleh saksi di PPS.
Sekretaris Jenderal DPP FAIT, Janner Simarmata, mengatakan FAIT akan fokus mengamati penggunaan C1 di TPS dan penggunaan perangkat IT rekapitulasi penghitungan perolehan suara yang digunakan.
"Di sinilah potensi kecurangan sangat besar dan masuk akal,” kata Janner.
“Oleh karena itu, KPU harus netral. Apabila terjadi kecurangan, FAIT siap membantu pihak yang akan mempidanakan penyelenggara pemilu yang curang dalam penyelenggara pilpres nanti,” Janner menambahkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum