Suara.com - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva menyatakan perbedaan hasil hitung cepat (quick count) pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2014 dari berbagai lembaga survei adalah hal yang normal.
"Itu mungkin saja, dimanapun tak selalu sama tergantung pendekatan dan metodenya, ada yang ambil sampel 1.000 TPS dengan 3.000 TPS tentu mungkin bisa berbeda. Itu hal normal," kata Hamdan di Jakarta, Kamis, (10/7/2014)
Dia berharap sebaiknya lembaga survei ini membuat satu metode yang sama dan harus disepakati, sehingga tidak berbeda-beda hasilnya.
"Jumlah sampelnya harusnya disamakan juga, karena ini menyangkut negara," kata Hamdan.
Dengan perbedaan ini, lanjut Hamdan, akan membuat sadar masyarakat bahwa hasil quick count bukan hasil resmi dan tidak bisa dijadikan pegangan siapa pemenang hasil pilpres.
Sebanyak 11 lembaga survei, tujuh di antaranya mengungulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla, sedangkan empat diantaranya mengunggulkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Ketujuh lembaga itu adalah Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang menyebutkan Jokowi-JK memperoleh dukungan suara 52 persen dan Prabowo-Hatta 48 persen, Litbang Kompas menyebutkan Jokowi-JK 52,3 persen dan Prabowo-Hatta 47,6 persen, Saiful Mujani Research & Consulting Jokowi-JK 52,8 persen dan Prabowo-Hatta 47,2 persen, Indikator Politik Jokowi-JK 52,6 persen dan Prabowo-Hatta 47,3 persen.
Selanjutnya hitung cepat Radio Republik Indonesia RRI menyebut Jokowi-JK 52,5 persen dan Prabowo-Hatta 47,5 persen, Lingkaran Survei Indonesia Jokowi-JK 53,3 persen dan Prabowo-Hatta 46,7 persen, Populi Center juga mencatat kemenangan Jokowi - Jk 50,95 persen dengan 49,05 persen untuk Prabowo - Hatta.
Sedangkan lembaga yang mengunggulkan Prabowo - Hatta ada empat, yakni Puskaptis memberi perolehan suara 52,05 persen untuk Prabowo - Hatta sedangkan Jokowi - JK 47,95 persen. Kemudian Indonesia Research Center 51,11 persen berbanding, 48,89 persen, Lembaga Survei Nasional 50,56 berbanding 49,94 persen serta Jaringan Suara Indonesia 50,13 berbanding 49,87 persen. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
Terkini
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!