Suara.com - Hasil survei terakhir yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) angka harapan publik ternyata mencapai 71 persen, melebihi jumlah persentase raihan suara Jokowi-JK di Pilpres yang hanya 53 persen.
Tapi menurut LSI, harapan publik yang kelewat tinggi itu malah dianggap sebagai buah simalakama bagi pemerintahan Jokowi-JK. Layaknya pemerintahan SBY, angkanya bisa saja terus melorot.
Dari rilis yang disampaikan hari ini, Kamis (28/8/2014), LSI mencatat ada empat hal kekhawatiran publik yang dapat muncul dalam pemerintahan baru pengganti SBY-Boediono, yaitu:
1. Tidak cepat memenuhi janji kampanye
Jokowi-JK tidak bisa bergerak cepat memenuhi janji kampanye. Setidaknya ada dua janji utama Jokowi-JK.
Pertama menerbitkan peraturan pemerintah yang berpihak pada wong cilik, diantara memberantas korupsi, pemberdayaan wong cilik dan anti diskriminasi.
Sedangkan yang kedua merupakan janji lima kontrak politik yang diluaskan menjadi sembilan program nyata.
2. Pemerintahan Jokowi-JK lumpuh
Hal ini disebabkan karena dukungan anggota parlemen dari partai pendukung Jokowi-JK bukan mayoritas, sehingga bisa mengganggu program pemerintahan Jokowi.
3. Kenaikan harga BBM
Mayoritas masyarakat masih menolak kenaikan harga BBM. Dari survei menunjukkan mereka yang menolak mencapai sekitar 73 persen, sementara yang mendukung hanya lebih dari 21 persen.
4. Publik ingin kabinet dari kalangan profesional
Keinginan ini sebetulnya sama dengan keinginan Jokowi, tapi Jokowi akan lebih banyak berkompromi dengan partai pendukungnya. Hal ini bisa berpengaruh pada menurunnya kepercayaan publik.
Peneliti LSI Rully Akbar mengungkapkan keempat hal inilah yang bisa menjatuhkan tingkat kepercayaan masyarakat pada Jokowi-JK.
Dia juga membandingkan dengan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden tahun 2009, dan setelah menjalankan 6 bulan kerja tingkat kepercayan publik kepada pemerintahan terus menurun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
Terkini
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama