Suara.com - Pengamat politik Sebastian Salang mengatakan tim transisi jangan hanya melempar wacana atas kajian-kajian saja, namun segera membuat keputusan politik untuk pemerintahan Jokowi-JK.
"Rumah transisi tidak usah terlalu genit melempar wacana tapi segera membuat keputusan politik yang penting untuk menata langkah berikutnya lima tahun ke depan," kata Sebastian dalam diskusi "Pilih Berantas Mafia Sumber Daya Alam atau Naikkan BBM" di Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Sebastian yang juga Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) mengingatkan, agar tim transisi benar-benar melakukan seleksi para calon menteri.
"Yang di rumah transisi membuat wacana atau masuk tahapan ke pemerintahan baru? Seleksi menteri itu penting sekali. Rumah transisi itu tempat untuk menyeleksi menteri kan?" ujar Sebastian.
"Tim transisi sebaiknya segera putuskan hal-hal yang konkret yang bisa meyakinkan kita bahwa ada harapan baru," tambahnya.
Menurut Sebastian, keputusan politik dibutuhkan secara cepat, mengingat dukungan di Parlemen sebagai mitra Jokowi-JK belum memenuhi target dukugan yang masih dikuasai Koalisi Merah Putih.
"Maka kalau tidak ada keputusan politik dalam waktu dekat ini, gagasan Jokowi untuk menaikkan harga BBM tidak mungkin bisa dilakukan dengan komposisi dukungan di parlemen. Makin sulit pemerintah berhadapan dengan DPR, memangnya rakyat mau 'nongkrongin' DPR tiap hari. Ini realitas politik, tidak mudah," katanya.
Tim transisi dibentuk untuk merancang strategi penjabaran visi-misi, sembilan program aksi dan janji-janji dalam kampanye yang diusung Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Tim Transisi terdiri dari Ketua dan empat staf deputi. Ketua Tim Transisi dipegang oleh mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini M Soemarno.
Sedangkan empat staf deputi, antara lain, Hasto Kristianto, Sekretaris Tim Pemenangan I Andi Widjajanto, Sekretaris Tim Pemenangan II Faisal Akbar dan Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK Anies Baswedan. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO