Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Hanura Jus Usman Sumanegara yakin dalam waktu dekat PPP dan PAN resmi bergabung dalam koalisi partai pendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Sinyalemen PPP dan PAN akan segera bergabung sudah ditunjukkan oleh petinggi-petinggi partai tersebut, demikian dikatakan Jus Usman kepada suara.com, Rabu (3/9/2014).
"Kan di PPP sendiri sekarang sudah hampir, terutama seniornya sudah jelas meminta PPP mendukung Jokowi-JK," kata Jus Usman ketika kenapa koalisi pendukung Jokowi-JK tidak segera mengumumkan bergabungnya PPP dan PAN yang sudah lama memberikan tanda ingin masuk koalisi pendukung pemerintah.
Menurut dugaan Jus Usman, alasan PPP belum deklarasi bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi-JK adalah karena harus melalui mekanisme muktamar partai terlebih dahulu. Muktamar partai kemungkinan akan diselenggarakan akhir September atau awal Oktober 2014.
"Kalau individu kan sudah banyak (mau gabung). Tapi mekanisme secara kelembagaan (muktamar) kalau tidak salah dalam akhir bulan ini atau awal bulan depan," katanya.
Sedangkan PAN, kata Jus Usman, sudah menunjukkan adanya perkembangan yang bagus ke arah koalisi. Misalnya belum lama ini, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa bertemu dengan Jokowi di rumah Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
"Pak Hatta sudah terbuka mengucapkan selamat atas terpilihnya Jokowi-JK. Bahkan sudah ketemu dengan Pak Jokowi. Itu kan sudah ada titik terang bahwa PAN ingin sama sama membangun bangsa," kata Jus Usman. "Itu sinyal yang sangat bagus."
Sementara Partai Demokrat, menurut Jus Usman, perkembangannya juga bagus, walaupun partai tersebut menegaskan akan tetap independen sampai hari ini.
"Tapi kan belum tahu ke depannya seperti apa. Politik kan dinamis," kata Jus Usman.
Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang akan tetap netral, menurut Jus Usman, itu merupakan pernyataan normatif.
Seperti diketahui, saat ini Jokowi-JK sedang membutuhkan tambahan kekuatan partai di Parlemen. Dengan demikian, kekuatan politik tersebut bisa mengawal kebijakan pemerintah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Heboh Tuduhan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, MKD DPR Disebut Bakal Turun Tangan
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Kejagung Geledah Sejumlah Rumah Petinggi Ditjen Pajak, Usut Dugaan Suap Tax Amnesty
-
Kepala BGN Soal Pernyataan Waka DPR: Program MBG Haram Tanpa Tenaga Paham Gizi
-
Muhammad Rullyandi Sebut Polri Harus Lepas dari Politik Praktis, Menuju Paradigma Baru!
-
Hari Pertama Operasi Zebra 2025, Akal-akalan Tutup Plat Pakai Tisu Demi Hindari ETLE
-
Anak Legislator di Sulsel Kelola 41 SPPG, Kepala BGN Tak Mau Menindak: Mereka Pahlawan
-
Guru Sempat Cium Bau Bangkai di Menu Ayam, BGN Tutup Sementara SPPG di Bogor
-
KPK Akui Belum Endus Keterlibatan Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Pengadaan Jalan Sumut
-
Luncurkan Kampanye Makan Bergizi Hak Anak Indonesia, BGN: Akses Gizi Bukan Bantuan