Suara.com - Pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Tigor Hutapea, mengatakan bahwa pilkada tidak langsung akan memperlemah pengawasan rakyat terhadap pemimpin daerahnya.
"(Soalnya) Pemerintah daerah merasa hanya bertanggung jawab kepada DPRD, bukan terhadap rakyatnya, karena kepala daerah dipilih oleh DPRD," ungkap Tigor di Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Dengan demikian, kata Tigor pula, maka pilkada tidak langsung akan menyebabkan akses publik terhadap kinerja pemerintahan daerah lebih tertutup. Hal itu pun akan membuat jarak antara kepala daerah dengan rakyatnya semakin jauh, sementara program-program yang diusung bukan berdasarkan kepentingan rakyat, melainkan kepentingan elite atau partai di DPRD.
Lebih jauh, menurut Tigor lagi, pilkada tidak langsung juga menyebabkan kesempatan penyalahgunaan kekuasaan dan praktik korupsi serta suap semakin besar.
"APBD yang harusnya dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat di daerah, bisa saja diselewengkan oleh segelintir elite, untuk kepentingan partainya atau pun untuk kampanye-kampanye pada saat pemilihan kepala daerah nantinya," ujarnya.
Tigor menambahkan, pada dasarnya hanya melalui pilkada langsung, rakyat bisa melakukan partisipasi politik dan melakukan pengawasan secara langsung terhadap pemimpin daerahnya.
"Selain itu, pilkada langsung akan lebih menjaga stabilitas pemerintah daerah, karena kepala daerah akan mendapatkan legitimasi publik," tandasnya. [Antara]
Berita Terkait
-
DPR Ungkap Seabrek PR Besar Menko Polkam Djamari Chaniago, Salah Satunya Masalah Demokrasi Cacat!
-
DPRD DKI Ungkap Parkir Ilegal Bisa Rugikan PAD Rp 700 Miliar per Tahun, 50 Operator Diduga Nakal
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
Saatnya 'Perbarui' Aturan Main, DPR Genjot Revisi Tiga UU Kunci Politik
-
Solidaritas untuk Kebebasan Pers, Jurnalis Jambi Gelar Aksi
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu