Wakil Ketua DPD Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas ikut mengomentari soal matinya Kebo Bule Pusaka Surakarta karena ditombak orang tidak dikenal. Istri Sri Sultan Hamengkubuwono X ini menilai, penombakan Kebo Bule sama saja mengganggu kearifan lokal.
"Ada hal-hal yang kita anggap menjadi satu kepercayaan, harusnya tidak boleh diganggu. Kepercayaan itu menjadi budaya dan itu menjadi kekuatan. Karena itu sebagai kekuatan budaya dan bangsa seharusnya tidak dilakukan (penombakan itu)," tutur Hemas di DPR, Jakarta, Rabu (5/11/2014).
Hemas mengaku kecewa dengan adanya peristiwa ini. Baginya, ini membuktikan kebudayaan sudah tidak dihargai lagi. Padahal, menurutnya, budaya merupakan kekuatan bangsa.
"Mau ngambil budaya seperti apa sih sekarang, kalau budaya sendiri tidak dihargai? Bagaimana kta hargai bangsa ini kalau tidak menghargai budaya kita," tuturnya.
Dia menambahkan, sikap seperti ini bukan sikap masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Dia pun berharap kasus ini bisa diusut tuntas dan ditangkap pelakunya.
"Saya kira dengan perlakuan seperti itu ya harus ditangkap, karena menggangu kenyamanan masyarakat," kata Hemas.
Kebo Bule Kiai Bagong menghembuskan napas terakhir pada Selasa (4/11) di usia 66 tahun sekitar pukul 19.00 WIB di kadangnya wilayah Solobaru, Desa Gedangan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Kiai Bagong mati setelah leher sisi kanan dan perutnya terluka oleh tusukan senjata tajam sejenis tombak yang diduga mengandung beracun.
Selama ini Kebo Bule dikenal sebagai salah satu pusaka Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tewasnya Kiai Bagong mengurangi jumlah koleksi Kebo Bule keraton dari 12 ekor menjadi 11 ekor. Kebo Bule biasanya menjadi bagian dari tradisi kirab 1 Sura sejak perpindahan Keraton Kartasura Hadiningrat ke Keraton Surakarta Hadiningrat pada 1745 silam.
Berita Terkait
-
Prinsip Monogami Sultan HB X: Soal Kesetiaan dan Romansa Pandangan Pertama
-
GKR Hemas Pastikan Program Ketahanan Pangan Berdampak Nyata untuk Rakyat
-
Riwayat Pendidikan GKR Bendara, Lulusan Magister Luar Negeri Santai Jajan Angkringan Pinggir Jalan
-
Keraton Surakarta Gelar Kirab Pusaka untuk Sambut Tahun Baru Islam
-
Bukan Keluarga Ningrat, Erina Gudono Calon Mantu Jokowi Konsultasi ke Keraton Yogyakarta Soal Prosesi Adat Siraman
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Soal Tim Reformasi, DPR Harap Bukan Cuma 'Kosmetik': Polri Harus Kembali ke Mandat Konstitusi
-
Menko Yusril: Pemerintah Harus Berhati-hati Menentukan Siapa yang Layak Menerima Pengampunan Negara
-
Demi Netralitas, Anggota Komisi III DPR Sebut Polri Harus Tetap di Bawah Presiden
-
Soal Kerja Sama Keamanan RI-Australia, Legislator PDIP Ini Kasih 2 Catatan, Minta Prabowo Hati-hati
-
Babak Baru Kasus Korupsi CSR BI-OJK: KPK Kejar Aliran Dana, 2 Staf Ahli Heri Gunawan Diperiksa
-
Babak Baru Ledakan SMAN 72: Ayah Terduga Pelaku Diperiksa Intensif, Polisi Ungkap Fakta Ini
-
DPR-Pemerintah Mulai 'Bedah' 29 Klaster RUU KUHAP: Sejumlah Pasal Sudah Disepakati, Ini di Antaranya
-
Sisi Gelap Taman Daan Mogot, Disebut Jadi Lokasi Prostitusi Sesama Jenis Tiap Tengah Malam
-
Luruskan Simpang Siur, Ini Klarifikasi Resmi Aliansi Terkait 7 Daftar Organisasi Advokat yang Diakui
-
Kasus Femisida Melonjak, Komnas Perempuan Sebut Negara Belum Akui sebagai Kejahatan Serius