Suara.com - Cabang olahraga dansa akhirnya batal diperlombakan pada Pekan Olahraga Nasional XIX tahun 2016 di Jawa Barat, setelah mendapat penolakan keras dari kalangan ulama dan tokoh masyarakat setempat.
Penghapusan cabang olahraga dansa dari PON 2016 diputuskan Panitia Besar PON Jabar dan KONI Pusat pada Rapat Koordinasi Teknis KONI se-Indonesia di Hotel Century, Jakarta, Kamis (6/11/2014).
Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror Djuraid yang hadir pada rakor tersebut mengatakan penghapusan cabang olahraga dansa atas permintaan dari KONI Jabar, setelah kalangan ulama dan tokoh masyarakat provinsi tersebut melakukan protes kepada Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
"Atas permintaan tuan rumah Jabar, KONI Pusat akhirnya memutuskan dansa tidak dilombakan pada PON 2016," kata Abror dalam penjelasan melalui surat elektronik kepada wartawan.
Abror menilai penghapusan dansa dari arena PON Jabar sangat tepat, karena cabang olahraga ini sebenarnya tidak sesuai dengan budaya masyarakat Jabar yang terkenal religius.
"Kalau masyarakat Jabar yang sangat religius itu menolak, sebaiknya memang diperhatikan demi menjaga moralitas masyarakat. Jatim sangat mendukung keputusan PB PON dan KONI Pusat," tambahnya.
Bahkan, jauh sebelum cabang itu dicoret, KONI Jatim sebenarnya pernah mendesak KONI Pusat dan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk tidak menyetujui dansa dilombakan pada ajang PON, tidak hanya saat PON Jabar tetapi juga PON seterusnya.
"Alasannya sangat sederhana, karena dansa itu bukan termasuk olahraga prestasi dan tidak sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia," ujar Abror.
Cabang dansa terakhir kali dilombakan saat PON XVII tahun 2008 di Kalimantan Timur dan setelah itu pada PON XVIII/2012 di Riau dihilangkan. Pada PON-PON sebelumnya, dansa juga tidak menjadi cabang yang dilombakan.
Dengan pencoretan tersebut, KONI Jatim juga segera mencoret dansa dari program pemusatan latihan daerah pada 2015, karena saat ini baru masuk program pembinaan khusus.
"Ya terpaksa harus dicoret, wong cabangnya tidak dilombakan," tambah Abror.
Berita Terkait
-
Resmi! Percasi Jakarta Punya Ketum Baru, Bidik Catur Tampil di PON 2028
-
Penyelenggaraan PON 2024 Dikritik, Edisi ke Depan Diminta Fokus Pertandingkan Cabor Olimpiade Saja
-
PON 2024 Dikritik, Pemerintah Pusat Didorong Lebih Terlibat dalam Penyelenggaraan
-
Tipu-Tipu Berkedok Gaun Pesta: Fans Bridgerton Kecewa Berat di Pesta Abal-Abal
-
Kilas Balik Kontroversi PON 2024: Jalan Rusak vs Klaim Panitia, Terburuk?
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
Terkini
-
Usai Rapat di DPR, Menkeu Purbaya Tancap Gas ke Istana, Mau Lapor Prabowo
-
Yusril Sebut Tersangka Pembakar Gedung DPRD Makassar Dijerat UU ITE: Mereka Tak Terindikasi Makar
-
Dinilai Sakiti Hati Rakyat, PDIP Didesak Copot Deddy Sitorus dan Lasarus dari DPR
-
Belanda Larang Dua Menteri Israel Masuk Zona Schengen
-
Nasib WNI di Tengah Kerusuhan Nepal yang Memanas, Ini Penjelasan Kemlu
-
6 Poin Pertemuan Empat Mata Prabowo dan Dasco, Salah Satunya 'Era Baru DPR'
-
Anak Gajah 'Tari' Ditemukan Mati Mendadak di Tesso Nilo, Penyebab Masih Misterius
-
Polisi Cikarang Utara Bikin Heboh Minta Warga Lepaskan Maling Motor, Kapolres Bekasi Minta Maaf
-
CEK FAKTA: DPR Sahkan UU Perampasan Aset Usai Demo Agustus 2025, Benarkah?
-
Jenguk Delpedro di Polda Metro Jaya, Bivitri Sebut Penangkapan Upaya Bungkam Kritik