Suara.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam program pengendalian kelahiran alias keluarga berencana di negara tersebut. Menurut Erdogan, program tersebut merupakan bentuk "pengkhianatan". Ia juga menyebutkan, kontrasepsi berisiko memusnahkan generasi.
Pernyataan itu disampaikan Erdogan dalam sebuah upacara pernikahan putra Mustafa Kefeli, seorang pengusaha yang tak lain adalah sekutu terdekatnya. Erdogan mengatakan, pasangan pengantin baru yang ikut keluarga berencana sama saja mengkhianati ambisi Turki untuk menjadi negara berkembang dengan populasi anak muda yang besar.
"Satu atau dua (anak) tidaklah cukup. Untuk membuat negara kita lebih kuat, kita perlu populasi yang lebih dinamis dan lebih muda. Kita memerlukan ini untuk membawa Turki nasik satu tingkat dalam peradaban modern," kata Erdogan.
"Di negeri ini, mereka (yang menolak ide tersebut) melakukan pengkhianatan dalam bentuk pengkhianatan pengendalian kelahiran dan akan menghabiskan generasi kita," lanjut Erdogan.
"Satu (anak) berarti kesendirian, dua berarti persaingan, tiga berarti keseimbangan, dan empat artinya berlimpah. Dan Tuhan merawat sisanya," tambahnya seperti dikutip kantor berita Dogan.
Atas pandangannya tersebut, Erdogan kerap dikritik. Ia dinilai memaksakan nilai-nilai Islam yang ketat terhadap warga Turki. Erdogan juga dapat kecaman keras dari kaum feminis setelah mengatakan bahwa setiap perempuan harus punya tiga anak dan bahwa perempuan tidak sama dengan laki-laki.
Erdogan juga berencana membatasi hak-hak aborsi, pil KB, dan pembedahan Caesar. Tujuannya, seperti yang diungkapkan Erdogan, yakni untuk mencegah berkurangnya populasi warga muda. (Al Arabiya)
Berita Terkait
-
Netanyahu Curhat RS Israel Dirudal Iran, Erdogan: Kalian Mengebom 35 RS Gaza Palestina!
-
Erdogan Sambut Langsung Prabowo saat Kunjungan ke Turki
-
KPK Pastikan Mobil Listrik dari Erdogan untuk Prabowo Bukan Gratifikasi
-
Erdogan Tegaskan Kemerdekaan Palestina Kunci Stabilitas Timur Tengah
-
Momen Lucu Erdogan di Bogor: 'Fulus' ke Sri Mulyani, Prabowo Tertawa
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban