Suara.com - Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia berdasarkan rilis dari Castrol’s Magnatec Stop-Start index, menggeser posisi kota Mexico yang selalu menjadi kota termacet.
Menanggapi hasil rilis ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membenarkan dan mengungkapkan penyebab macetnya kota Jakarta karena tidak memiliki trasnportasi berbasis rel.
"Emang iya. Kalau kamu tidak punya sistem transportasi berbasis rel pasti macet," ujar Basuki yang biasa disapa Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Ahok bahkan sempat membandingkan dengan negara Jepang yang sudah memiliki traspotasi massal berbasis rel yang masih mengalami kemacetan.
"Jepang yang punya aja masih macet, apalagi kita, mangkanya kita lagi bangun. Ini PR 30 sampai 40 tahun. Kita harus tahan saja," ujar Ahok.
Sedangkan menurut, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit, pihaknya baru mendengar kalau Jakarta kini menjadi kota termacet di dunia.
Kemacetan itu muncul, kata Benjami, lantaran Pemprov masih belum bisa mengerem laju pertumbuhan kendaraan di Indonesia.
"Yang pertama karena kita tidak bisa mengerem laju pertumbuhan kendaraan, luas jalan kita tauh sendiri, setiap tahun cuma 0,01 persen. Intinya pemerintah harus melakukan semaksimal mungkin, kalu Jakarta punya strategi pola transpotasi mampu ini kita akan push sebalik-baiknya," jelas Benjamin.
Berdasarkan indeks tersebut, rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahun di Jakarta.
Indeks ini mengacu dari data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan yang dibuat setiap kilometer. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh setiap tahun di 78 negara.
Castrol’s Magnatec Stop-Start index juga mencatat, Surabaya Ibu Kota provinsi Jawa Timur berada di peringkat keempat sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata, terjadi 29.880 kemacetan setiap tahun di Surabaya.
Istanbul, Turki menjadi kota kedua yang paling macet di dunia. Sedikitnya terjadi 32.520 kemacetan per tahun. Mexico City, Meksiko, berada di urutan ketiga dengan 30.840 kemacetan setiap tahun.
Sedangkan untuk kota yang paling lancar di dunia, diraih di kota Tampere, Finlandia. Rata-rata hanya terjadi 6.240 berhenti-jalan. Rotterdam, Belanda, di mana mayoritas penduduknya bersepeda, berada di peringkat kedua setelah Tampere dengan 6.360 kemacetan per tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Begini Kata DPP PDIP Soal FX Rudy Pilih Mundur Sebagai Plt Ketua DPD Jateng
-
Mendagri Tito Sudah Cek Surat Pemerintah Aceh ke UNDP dan Unicef, Apa Katanya?
-
Terjebak Kobaran Api, Lima Orang Tewas dalam Kebakaran Rumah di Penjaringan!
-
Kayu Gelondongan Sisa Banjir Sumatra Mau Dimanfaatkan Warga, Begini Kata Mensesneg
-
SPPG Turut Berkontribusi pada Perputaran Ekonomi Lokal
-
Dukung Program MBG: SPPG di Aceh, Sumut, dan Sumbar Siap Dibangun Kementerian PU
-
Mendagri Tito Jelaskan Duduk Perkara Pemkot Medan Kembalikan Bantuan Beras 30 Ton ke UAE
-
Minggu Besok, Pesantren Lirboyo Undang Seluruh Unsur NU Bahas Konflik Internal PBNU
-
Kementerian PU Tandatangani Kontrak Pekerjaan Pembangunan Gedung SPPG di 152 Lokasi
-
Eks Mensos Tekankan Pentingnya Kearifan Lokal Hadapi Bencana, Belajar dari Simeulue hingga Sumbar