Suara.com - Politisi PDI Perjuangan TB Hasanuddin menilai Komisi Nasional Kepolisian Indonesia (Kompolnas) makin memperkeruh kisruh antara KPK dan Polri. Sebab masing-masing Komisioner tidak kompak.
TB Hasanuddin mengatakan anggota Kompolnas tidak kompak dalam menyodorkan calon Kapolri untuk menggantikan Budi Gunawan yang kabarnya batal dilantik Presiden Joko Widodo. Masing-masing anggota Kompolnas menyodorkan nama pengganti.
"Kompolnas membingungkan, terutama ketika masing-masing anggota kompolnas mengumumkan secara terbuka calon kapolri yang satu sama lainnya berbeda," kata Hasanuddin dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Kata dia, nama-nama calon ini awalnya berbeda-beda. Namun, kini mulai mengurucut. Dari tadinya 9 calon, sekarang menjadi 7 calon. Lalu belakangan berubah menjadi 5 calon. Sekarang akhirnya tinggal dua. Yaitu Komjen Budi Waseso dan Komjen Eko Bayu Seno.
"Kompolnas tak perlu terlalu bersemangat bahkan over proaktif. Tunggu saja permintaan presiden. Kalau presiden sudah minta, baru serahkan. Setahu saya, presiden sampai saat ini belum resmi meminta. Lalu, kenapa super sibuk?" ujarnya.
Dia menyarankan Kompolnas lebih menahan diri untuk membuat pernyataan terkait masalah kredibilitas seseorang. Karena, di lingkungan TNI/Polri ada etika yang dipegang dan diikuti dalam seleksi promosi jabatan, yaitu dilakukan dengan ketat tapi bersifat rahasia.
"Mengapa rahasia? Ya, karena menyangkut kredibiltas calon. Agar tidak muncul fitnah, isu, rumor dan gosip. Bahkan, jangan sampai terjadi saling jegal dan saling fitnah. Suasana jiwa korsa atau l esprit de corps harus dijaga dan pelihara. Harusnya menjaga suasana persatuan dan kesatuan di lingkungan Polri juga menjadi peran Kompolnas," kata dia.
Hassanuddin juga mengatakan PPATK dan KPK bisa menelisik rekam jejak para calon. "Seleksi terbuka memang yang melibatkan publik itu tidak dilarang. Tapi kalau tiap hari ada pengumuman calon Kapolri, sebaiknya dihindarkan," jelas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO