Suara.com - Pendiri Maariff Institute Ahmad Syafii Maarif berpendapat bahwa politisi Indonesia sebaiknya "naik kelas" atau berubah pandangan menjadi negarawan.
"Jangan cuma hanya jadi politisi, tetapi harus bisa naik kelas menjadi negarawan agar tidak hanya mementingkan suatu golongan," kata Ahmad Syafii Maarif di Jakarta, Selasa (24/2/2015) malam.
Ia berpendapat mengenai itu ketika sedang berdiskusi dalam "Maarif Institute: Seminar Pembukaan Halaqah Fikih Kebhinnekaan" yang membahas tentang kemajemukan sebagai tantangan pemimpin bangsa.
Menurutnya, jika politisi bisa berpandangan seperti negarawan maka keadaan Indonesia akan lebih baik dan tidak ada saling menjatuhkan satu sama lain.
"Bedanya, kalau negarawan pasti mempunyai rasa memiliki terhadap bangsa, sehingga tidak ada korupsi yang bisa merugikan negaranya sendiri," ujarnya.
Selain itu ia juga berpendapat, sifat negarawan bisa menghindari atau mengurangi konflik antargolongan dan berbagai polemik yang ada di Indonesia.
"Untuk mempunyai rasa saling memiliki sebagai bangsa, harus membawa semangat fikih yang sesuai dengan tujuan utama syariah, yaitu 'al maslahah al ammah' (kemaslahatan umum)," kata dia.
Syafii menjelaskan tujuan utama syariah akan tercapai jika kita mau berpikir serius dan berusaha mencerdaskan umat agar tidak terjebak pada fanatisme golongan seperti sifat politik.
Ke depannya, ia berharap agar semua golongan bersatu jika memang untuk kepentingan bersama, sehingga tidak ada perpecahan yang tidak perlu.
"Tidak ada salahnya untuk meninggalkan ego sektoral, termasuk permasalahan agama, satu agama jangan sampai terlalu banyak golongan, lebih baik satu visi bersama," ujarnya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Kasus CSR BIOJK: KPK Akui Telusuri Aliran Uang ke Anggota Komisi XI DPR Selain Satori dan Heri
-
7 Pertemuan Krusial Dasco - Prabowo yang Selesaikan Masalah Bangsa di 2025
-
Krisis Energi di Pengungsian Aceh, Rieke Diah Pitaloka Soroti Kerja Pertamina
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?