Suara.com - Peneliti senior pada Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, mengapresiasi kritikan dari partai pendukung terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menurutnya, hal tersebut sangat penting, namun harus disertai dengan tata cara yang benar dan tersedia.
"Kritik terhadap pemerintah (baiknya) dilakukan secara internal. Misalnya (soal) swastanisasi di Australia yang bertentangan dengan Partai Buruh (di sana), hingga mereka melakukan pertemuan. Memang kritik itu penting, tetapi ada tata caranya. Jangan sampai menghinakan Presiden dan Wakil Presiden di hadapan publik, apalagi dibicarakan dalam kongres seperti itu," ungkap Ikrar, dalam acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Pernyataan Wakil Ketua Harian Asosiasi Ilmu Politik Indonesia tersebut merujuk pada pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di kawasan Sanur, Bali, yang meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk selalu berkonsultasi dengan partai pendukung dalam membuat kebijakan. Menurut Ikrar, keberadaan kritik dari partai pendukung itu adalah agar Presiden maupun kadernya yang duduk di pemerintahan tidak keluar dari ideologi yang ada.
"Kritik terhadap pemerintah oleh (partai) pendukung itu sangat penting, dan dirasa perlu. Sebab, tidak semua yang dikeluarkan oleh Presiden itu sesuai dengan ideologi (partai). Dan fungsi kritik mereka di sini adalah agar kebijakan yang dikeluarkan Presiden bisa seusai dengan ideologi tersebut. Namun hal tersebut (baiknya) melalui pertemuan internal. Ada tata caranya," tegas salah seorang pendukung Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu tersebut.
Sementara, menanggapi "kicauan" partai pendukung terhadap Presiden Jokowi tersebut, pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto, mengatakan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara dengan sistem presidensial, harusnya mengedepankan kebijakan Presiden daripada pihak-pihak lain. Menurutnya, keputusan Presiden adalah yang paling utama, sementara yang lainnya harus berada di belakang Presiden.
"Kalau sistem presidensial, berarti apa pun yang diputuskan Presiden harus terdepan, dan semua yang lainnya di belakang. Ini harus menjadi pelajaran bagi PDIP," tutur Nico.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Bikin 'Sus'! KPU Bantah Ubah Data Gibran, tapi Akui Selidiki Perubahan Tampilan Website
-
Marak Kasus Anak Keracunan MBG, Kepala BPOM Buka Suara: Ini Pembelajaran Bagi Kita
-
Instruksi Bahlil: Kader Golkar Wajib Peka Sosial dan Kawal Program Nasional Tanpa Kompromi
-
Ada 400.000 Lowongan Kerja di Jerman, Pemerintah Push SMK Genjot Skill Bahasa Asing Sejak Kelas 1
-
Wamen Stella Jelaskan Skema Sekolah Garuda: 80 Persen Gratis 20 Persen Berbayar, Prioritas Prestasi!
-
Tiga Kecelakaan dalam Sebulan, TransJakarta Gandeng KNKT Audit Total, Gubernur DKI Turun Tangan
-
Jelang Hari Tani 2025, AGRA Sebut Kebijakan Agraria Pemerintahan Prabowo Hanya Untungkan Elite
-
Gara-gara Tak Dibuatkan Mie Instan, Suami di Cakung Tega Bakar Istri hingga Tewas
-
Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
-
Pemda Diingatkan Mendagri Agar Realisasikan Pendapatan dan Belanja Sesuai Target