Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. [Suara.com/Bowo Raharjo]
Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Dewi Haroen, turut menyayangkan etika Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam berbicara di hadapan publik maupun kepada pekerja media.
"Balik lagi ke Pak Ahok, ojo ngono. Kita ini orang Jawa. Kita ini orang Indonesia. Sopan santun harus tetap lah, ya. Pak Ahok, please (harus dijaga kalau berbicara). Bagaimana pun, gak berarti omongannya itu buruk. Tapi perkataan yang kayak toilet itu tidak (seharusnya) keluar," ujar Dewi, di sela sebuah diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Dewi mengakui, setelah Ahok memimpin, di Jakarta banyak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Hanya saja, dia turut menyayangkan etika Gubernur DKI itu yang dinilai tidak pantas, yang justru akan menurunkan penilaiannya di mata masyarakat.
"Kebaikan Pak Ahok akan turun dengan (etika) seperti itu. Sayang kan? Balik lagi, mungkin Pak Ahok perlu juru bicara atau penasehat komunikasinya beliau. Cari orang psikologi yang bisa menurunkan tensinya beliau, sehingga ketika menghadapi pers maupun DPRD, dia sudah cool menghadapi itu," beber Dewi.
Dalam hal perkataan di hadapan wartawan, Dewi menilai bahwa di belahan dunia mana pun, tidak ada seorang politisi maupun pejabat publik yang pantas mengeluarkan kata-kata kasar seperti yang lazim dilakukan Ahok.
"Bagaimana pun, di belahan dunia ini, seorang politisi tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak wajar. Apalagi di TV, di media. Itu adalah sesuatu yang tidak pantas," jelas Dewi.
"Mungkin tolong, dengan kebaikan Pak Ahok yang sudah membangun Jakarta, tolonglah mengatur pola pembicaraannya. Agar masyarakat lebih damai. Karena orang Indonesia kan (dari) berbagai suku bangsa. Mereka gak suka kegaduhan. Gitu aja," tambahnya.
"Balik lagi ke Pak Ahok, ojo ngono. Kita ini orang Jawa. Kita ini orang Indonesia. Sopan santun harus tetap lah, ya. Pak Ahok, please (harus dijaga kalau berbicara). Bagaimana pun, gak berarti omongannya itu buruk. Tapi perkataan yang kayak toilet itu tidak (seharusnya) keluar," ujar Dewi, di sela sebuah diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Dewi mengakui, setelah Ahok memimpin, di Jakarta banyak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Hanya saja, dia turut menyayangkan etika Gubernur DKI itu yang dinilai tidak pantas, yang justru akan menurunkan penilaiannya di mata masyarakat.
"Kebaikan Pak Ahok akan turun dengan (etika) seperti itu. Sayang kan? Balik lagi, mungkin Pak Ahok perlu juru bicara atau penasehat komunikasinya beliau. Cari orang psikologi yang bisa menurunkan tensinya beliau, sehingga ketika menghadapi pers maupun DPRD, dia sudah cool menghadapi itu," beber Dewi.
Dalam hal perkataan di hadapan wartawan, Dewi menilai bahwa di belahan dunia mana pun, tidak ada seorang politisi maupun pejabat publik yang pantas mengeluarkan kata-kata kasar seperti yang lazim dilakukan Ahok.
"Bagaimana pun, di belahan dunia ini, seorang politisi tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak wajar. Apalagi di TV, di media. Itu adalah sesuatu yang tidak pantas," jelas Dewi.
"Mungkin tolong, dengan kebaikan Pak Ahok yang sudah membangun Jakarta, tolonglah mengatur pola pembicaraannya. Agar masyarakat lebih damai. Karena orang Indonesia kan (dari) berbagai suku bangsa. Mereka gak suka kegaduhan. Gitu aja," tambahnya.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
Figur Publik Kritis Diteror, Koalisi Masyarakat Sipil Serukan Soliditas: Warga Jaga Warga!
-
Malam Tahun Baru, KAI Commuter Tambah 26 Perjalanan KRL Jabodetabek hingga Dini Hari
-
TNI Harus Swadaya Tangani Bencana, Ketua Banggar DPR Desak BNPB Lebih Gesit Koordinasi Anggaran
-
Kortas Tipikor Tetapkan 3 Tersangka Korupsi PJUTS ESDM, Negara Rugi Rp19,5 Miliar!
-
BLTS Rp 900 Ribu di Aceh Tamiang Disalurkan Manual, Kantor Pos Masih Rusak Pascabencana
-
Penanganan 7 Ruas Jalan Nasional Terdampak Pasca Bencana di Aceh Tamiang Berangsur Pulih
-
Rute Transjakarta 24 Jam dan Daftar Kantong Parkir Jakarta saat Malam Tahun Baru
-
Promo TransJakarta, MRT dan LRT Diperpanjang saat Tahun Baru 2026
-
Pemprov DKI Kirim Mobil Tangki Air untuk Warga Terdampak Banjir Sumatra
-
Perkara Suap Dilimpahkan ke Jaksa, Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan Segera Disidang