Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Antara)
Banyak Pekerja Harian Lepas (PHL) Dinas Kebersihan yang ditempatkan di Monumen Nasional (Monas) mengaku belum menerima gaji. Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak langsung percaya.
Pasalnya, menurut Ahok, hal serupa juga pernah terjadi pada PHL Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang bekerja di pintu air, yang juga mengaku belum menerima gaji dari Pemprov DKI.
"Itu siapa yang bener? Itu seperti yang terjadi waktu kasus PU Tata Air. Dia mengatakan satu wilayah ada 500 orang, ada 2.500. Dulu kan sempet, inget gak? Waktu saya tahan, ribut gak gajian, demo semua yang jaga pintu air semua," ujar Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (10/4/2015).
Suami Veronica Tan itu bahkan menilai, banyak para pekerja DKI yang mengaku tidak mendapatkan gaji, lantaran banyak pekerja yang mengaku-ngaku.
"Memang ada (pekerja) yang asli gak terima gaji. Tapi banyak juga yang palsu. Lalu saya minta waktu itu bagian PU, kasih saya nama deh. (Kasih) Nama, nomor HP, kerja di mana. Dua bulan gak datang. Artinya apa? Ini nama-nama fiktif," kata Ahok pula.
Ahok menilai, hal serupa kini kembali terjadi. Namun kali ini yang teriak-teriak mengaku belum menerima gaji itu adalah PHL kebersihan di Monas.
"Nah, sekarang sama. Pegawai ini teriak-teriak dia gak gajian segala macem. Pertanyaan saya, ini pegawai bener gak? Karena juga banyak mandor. Ini jangan-jangan mulai ribut ketika pembagian rejeki gak merata. Jadi sekarang saya paksakan nama kayak kemaren kebersihan. Dia bilang ada 20.000 lebih nama. Saya minta hanya 10.000 aja. Sisanya ngambil nama pegawai swasta. Gila kan?" papar Ahok.
Nantinya, Ahok mengaku akan meminta daftar PHL di Monas kepada Dinas Kebersihan. Dia meminta daftar PHL berisi nama, nomor telepon genggam, serta nomor rekening. Tujuannya, agar pihaknya dapat mengetahui mana PHL yang resmi terdaftar dan mana yang tidak.
Ahok mengaku sadar, sejauh ini masih banyak oknum di dinas yang melakukan manipulasi data. Oknum pejabat di dinas itu menurutnya merekrut pekerja dan membuatkan kartu ATM PHL, namun kartu dipegang si oknum. Lantas pada saat gaji telah ditransfer ke rekening pekerja, terlebih dahulu sudah dipotong.
"Jadi ATM-nya dipegangin. Nah, pinjem nama kamu. Kamu jadi PHL DKI. Saya pinjem nih. Nanti otomatis, saya yang terima duit. Saya bagi setengah-setengah," terang Ahok.
Dengan banyaknya peristiwa seperti itu, Ahok mengaku telah meminta kepada Dinas Kebersihan, Dinas Tata Air, Dinas Bina Marga, serta UPT Monas, untuk melakukan pendataan ulang. Nantinya menurutnya, para pekerja juga akan dibagi ke beberapa titik, dengan tujuan untuk memudahkan ketika ingin mendata.
"Kepada (jajaran) kebersihan semua, PU, saya ingin dibagi nih. Jalan ini siapa. Pasang Android. Ini udah bulan April, gak muncul-muncul. Saya minta nih. Ruas jalan ini, siapa yang minta, namanya berapa, saya mau cek, (tapi) gak muncul-muncul. Makanya bisa terjadi kasus ini," bebernya lagi.
"Monas (luasnya) 70-an hektar. Kamu gambarin aja deh. Di pojok ini, pake radius, namanya siapa, HP-nya, rekening banknya. Nanti siapa yang kamu anggap palsu. Jadi ini sama, maling teriak maling terjadi di Jakarta," tutup Ahok.
Pasalnya, menurut Ahok, hal serupa juga pernah terjadi pada PHL Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang bekerja di pintu air, yang juga mengaku belum menerima gaji dari Pemprov DKI.
"Itu siapa yang bener? Itu seperti yang terjadi waktu kasus PU Tata Air. Dia mengatakan satu wilayah ada 500 orang, ada 2.500. Dulu kan sempet, inget gak? Waktu saya tahan, ribut gak gajian, demo semua yang jaga pintu air semua," ujar Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (10/4/2015).
Suami Veronica Tan itu bahkan menilai, banyak para pekerja DKI yang mengaku tidak mendapatkan gaji, lantaran banyak pekerja yang mengaku-ngaku.
"Memang ada (pekerja) yang asli gak terima gaji. Tapi banyak juga yang palsu. Lalu saya minta waktu itu bagian PU, kasih saya nama deh. (Kasih) Nama, nomor HP, kerja di mana. Dua bulan gak datang. Artinya apa? Ini nama-nama fiktif," kata Ahok pula.
Ahok menilai, hal serupa kini kembali terjadi. Namun kali ini yang teriak-teriak mengaku belum menerima gaji itu adalah PHL kebersihan di Monas.
"Nah, sekarang sama. Pegawai ini teriak-teriak dia gak gajian segala macem. Pertanyaan saya, ini pegawai bener gak? Karena juga banyak mandor. Ini jangan-jangan mulai ribut ketika pembagian rejeki gak merata. Jadi sekarang saya paksakan nama kayak kemaren kebersihan. Dia bilang ada 20.000 lebih nama. Saya minta hanya 10.000 aja. Sisanya ngambil nama pegawai swasta. Gila kan?" papar Ahok.
Nantinya, Ahok mengaku akan meminta daftar PHL di Monas kepada Dinas Kebersihan. Dia meminta daftar PHL berisi nama, nomor telepon genggam, serta nomor rekening. Tujuannya, agar pihaknya dapat mengetahui mana PHL yang resmi terdaftar dan mana yang tidak.
Ahok mengaku sadar, sejauh ini masih banyak oknum di dinas yang melakukan manipulasi data. Oknum pejabat di dinas itu menurutnya merekrut pekerja dan membuatkan kartu ATM PHL, namun kartu dipegang si oknum. Lantas pada saat gaji telah ditransfer ke rekening pekerja, terlebih dahulu sudah dipotong.
"Jadi ATM-nya dipegangin. Nah, pinjem nama kamu. Kamu jadi PHL DKI. Saya pinjem nih. Nanti otomatis, saya yang terima duit. Saya bagi setengah-setengah," terang Ahok.
Dengan banyaknya peristiwa seperti itu, Ahok mengaku telah meminta kepada Dinas Kebersihan, Dinas Tata Air, Dinas Bina Marga, serta UPT Monas, untuk melakukan pendataan ulang. Nantinya menurutnya, para pekerja juga akan dibagi ke beberapa titik, dengan tujuan untuk memudahkan ketika ingin mendata.
"Kepada (jajaran) kebersihan semua, PU, saya ingin dibagi nih. Jalan ini siapa. Pasang Android. Ini udah bulan April, gak muncul-muncul. Saya minta nih. Ruas jalan ini, siapa yang minta, namanya berapa, saya mau cek, (tapi) gak muncul-muncul. Makanya bisa terjadi kasus ini," bebernya lagi.
"Monas (luasnya) 70-an hektar. Kamu gambarin aja deh. Di pojok ini, pake radius, namanya siapa, HP-nya, rekening banknya. Nanti siapa yang kamu anggap palsu. Jadi ini sama, maling teriak maling terjadi di Jakarta," tutup Ahok.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Otak Pembobol Rekening Dormant Rp204 M Ternyata Orang Dalam, Berkas Tersangka Sudah di Meja Kejagung
-
Janji Kapolri Sigit Serap Suara Sipil Soal Kerusuhan, Siap Jaga Ruang Demokrasi
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Hapus BPHTB dan PBG, Jurus Jitu Prabowo Wujudkan Target 3 Juta Rumah
-
Buntut Bobby Nasution Razia Truk Aceh, Senator Haji Uma Surati Mendagri: Ini Melanggar Aturan!
-
Bongkar 7 Cacat Fatal: Ini Alasan Kubu Nadiem Makarim Yakin Menang Praperadilan
-
MK Hindari 'Sudden Death', Tapera Dibatalkan tapi Diberi Waktu Transisi Dua Tahun
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Bye-bye Kehujanan di Dukuh Atas! MRT Jadi Otak Integrasi 4 Moda Transportasi Jakarta