Ilustrasi
"Paedofilia adalah hal alami dan normal pada lelaki. Paling tidak ada segelintir minoritas lelaki normal yang ingin berhubungan seks dengan anak." Demikian bunyi presentasi dalam sebuah konferensi yang digelar Paedofil Information Exchange (PIE) yang disponsori oleh Universitas Cambridge, Juli 2014 silam.
Salah satu pesertanya adalah Tom O'Carroll --yang memang keras memperjuangkan legalisasi seks dengan anak. "Luar biasa. Ini adalah situasi langka di mana saya merasa cukup populer," ujar O'Carroll dalam blognya. Perlu dicatat bahwa lelaki ini merupakan pelaku pelecehan anak.
Perjuangan kaum paedofil untuk bisa diakui secara hukum kembali mengemuka pasca-disahkannya pernikahan kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di seluruh negara bagian AS, Juni 2015. Perjuangan kaum LBGT ini mendapat sokongan luas netizen dengan menyebar tagar #lovewins dengan warna kebesaran berupa warna pelangi.
Namun, tidak seperti kaum LBGT yang memperjuangkan hak sesama manusia dewasa, aktivis paedofil justru ingin agar cinta berhasrat mereka pada anak juga diakui. Hal ini memunculkan kekhawatiran karena mereka mencoba meretas batas norma masyarakat mengenai penyimpangan yang mereka alami.
Rekam jejak perjuangan kaum paedofil ini bisa dilihat lewat buku Perspectives of Paedophilia pada 1981. Buku yang diedit oleh pengajar sosiologi di Universitas Sussex, Brian Taylor, ini ditujukan untuk pekerja sosial dan pengasuh anak. Buku tersebut ingin membersihkan citra negatif paedofil di masyarakat.
Taylor menyebutkan bahwa paedofil digambarkan sebagai orang sakit/jahat yang mengintai sekolah dengan harapan bisa menggaet anak yang tidak berdosa. Padahal, kata Taylor, itu adalah stereotipe semata. "Stereotipe yang tidak akurat dan tidak membantu," tegasnya.
Mengapa demikian? Karena mayoritas kasus pedofilia terjadi di dalam keluarga.
Pendapat serupa disampaikan Profesor Ken Plummer, aktivis PIE yang juga pengajar sosiologi di Essex University. Ia pernah menuliskan hal berikut dalam blognya pada 2012 ,"Setelah homoseksual tidak terlalu menimbulkan kepanikan moral, pariah dari pencabul anak sudah mulai menjadi legenda setan semata."
Komentar
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M