Suara.com - Politisi Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya mengatakan laporan sejumlah anggota DPR terhadap pelanggaran dugaan etika Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon bernuansa politis. Laporan ini ditujukan lantaran Setya dan Fadli hadir dalam konfrensi pers Donald Trump di Amerika Serikat di sela kunjungan kerja.
Tantowi ikut rombongan ke Amerika Serikat, namun tidak ikut dalam konfrensi pers Donald Trump. Dia mengatakan awalnya laporan ini memang terbaca untuk mengkoreksi pimpinan DPR yang melakukan tindakan yang tidak patut.
Apalagi, kalau tujuannya pelaporan ini untuk merevisi UU nomor 17/2014 tentang MPR/DPR/DPD (MD3) dengan harapan kocok ulang pimpinan DPR.
"Lama-lama makin terasa nuansa politiknya. Terutama setelah terbuka identitas dari orang mengangkat informasi di Facebook yang ternyata dia dalah timses dari capres tertentu pada Pilpres yang lalu. Jadi, dalam konteks seperti itu menjadi relevan mengapa isu itu digulirkan dan terus disambut dengan gegap gempita?" kata Tantowi di DPR, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Menurutnya, revisi UU merupakan hak dari anggota DPR. Hanya saja perlu dilihat kondisi saat ini. Jangan sampai mempengaruhi target program legislasi nasional (Prolegnas).
"Kalau itu terjadi, kita akan kembali tidak produktif. Kita akan mengalami kegaduhan-kegaduhan," ujar Politisi Golkar ini.
Meski demikian, menyerahkan kepada Mahkamah Konstitusi Dewan (MKD) untuk menangani kasus dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Setya Novanto dan Fadli Zon.
"Tinggal nanti hakim-hakim MKD itu yang akan menentukan berdasarkan tatib yang ada apakah betul yang dilakukan oleh pimpinan DPR itu melanggar tatib sebagaimana yang sudah kita ketahui dan sepakati bersama. Jadi ya silahkan," kata dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Cinta Segitiga Berujung Maut: Pemuda Cilincing Tewas Ditikam Pisau 30 Cm oleh Rival Asmara
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?