Suara.com - Sebuah kapal yang dibuat Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) untuk misi pengangkatan kapal selam Uni Soviet di era Perang Dingin, dalam waktu dekat akan dijadikan besi tua. Seperti apa kisah perjalanan kapal ini?
Hughes Glomar Explorer, demikian nama kapal yang dipesan miliuner Howard Hughes sebagai kedok operasi CIA pada tahun 1974 silam. Di penghujung usianya, kapal sepanjang 188 meter itu jadi salah satu armada kapal pengebor minyak perusahaan Transocean dari Swiss.
Namun, penurunan harga minyak membuat kapal yang kini dinamai GSF Explorer itu terpaksa dijual sebagai besi tua bersama 39 kapal lainnya.
Semua berawal saat sebuah kapal selam Uni Soviet kelas G-II yang dinamakan K-129 tenggelam ke dasar Samudera Pasifik pada bulan September 1968. Sebagaimana dikutip dari sebuah catatan sejarah CIA, kapal selam itu karam di kedalaman 16.500 kaki atau 5 kilometer di bawah permukaan laut.
Kapal selam tersebut tenggelam bersama rudal balistik berhulu ledak nuklir dan sekitar 100 krunya. Data itu dicatat pada Arsip Keamanan Nasional yang tersimpan di Universitas George Washington.
Dalam dokumen misi yang dinamakan "Project Azorian" itu disebutkan, Uni Soviet gagal menemukan lokasi karamnya kapal selam mereka setelah melakukan pencarian dua bulan lamanya. Namun, justru Amerika Serikatlah yang berhasil menemukan lokasinya, 2.414 kilometer sebelah barat laut Hawaii.
CIA ingin mengambil alih rudal-rudal nuklir yang ada di dalam kapal selam tersebut, termasuk perangkat kriptograf yang bisa dipakai untuk memecahkan sandi-sandi rahasia Uni Soviet. Namun, untuk melakukan hal itu, CIA butuh kedok. Pasalnya, jika mereka mengerahkan kapal pencari, tentu Uni Soviet akan langsung mengetahui rencana tersebut.
CIA lalu menggandeng miliuner Howard Hughes untuk melaksanakan misi mereka. Lewat tangan Hughes, CIA membangun kapal Glomar Explorer di galangan Sun Shipbuilding and Drydock Co. di Pennsylvania. Kedoknya, kapal itu akan dipakai untuk menambang nodul logam mangan di dasar laut.
"Jika orang-orang Rusia mengetahui tujua sebenarnya dari misi tersebut, maka kami harus membatalkannya, dan seluruh uang yang sudah digelontorkan akan sia-sia," kata veteran CIA David Sharp yang jadi wakil pemimpin misi tahun 1974 tersebut.
Saat diberangkatkan ke Samudera Pasifik, Glomar Explorer terlalu besar untuk melewati Terusan Panama. Alhasil, kapal itu terpaksa mengambil jalan memutar, melewati Tanjung Horn untuk bisa mencapai Samudera Pasifik.
Pada bulan Agustus 1974, capit raksasa yang dimiliki Glomar Explorer berhasil mengangkat bagian kapal selam K-129 yang berukuran panjang 44 meter. Namun, David Sharp, yang merilis buku "The CIA's Greatest Covert Operation" pada tahun 2011, mengakui misi tersebut tak sepenuhnya berhasil.
Hanya haluan kapal selam yang berhasil diangkat, bersama enam jenazah pelaut Uni Soviet di dalamnya. Tak satupun rudal maupun mesin pemecah kode berhasil diangkat.
Misi rahasia itu akhirnya tercium oleh media menyusul peristiwa penyusupan yang terjadi di kantor pusat Hughes di Los Angeles pada bulan Juni 1974. Adalah LA Times yang pertama kali mengungkap cerita soal misi tersebut kepada khalayak ramai pada bulan Februari 1975.
"Sumber kebocoran (soal misi-red) itu tak pernah diketahui," kata sumber CIA yang tidak bersedia disebut namanya.
Berita Terkait
-
Ternak Mulyono Diseret Yudo Sadewa, Usai Blunder Sebut Sri Mulyani Agen CIA
-
'Jakarta Is Coming', Teror Kode di Dinding Jalanan Chile Jelang Kudeta Berdarah
-
Heboh! Anak Menteri Keuangan Minta Maaf Tuduhan Agen CIA ke Sri Mulyani: Hanya Bercanda?
-
Anak Menkeu Purbaya Cengengesan saat Klarifikasi Sri Mulyani Agen CIA, Netizen Makin Ngamuk!
-
Tak Cuma Sri Mulyani, Yudo Sadewa Sentil 'Ternak Mulyono' di Tengah Kontroversi
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
Terkini
-
91 Orang Kembali Dievakuasi dari Zona Merah Kontaminasi Cesium-137 Cikande
-
Pelaku Curanmor Nyamar Jadi Ojol, Diciduk Polisi Pas Lagi Asyik Bercumbu Sama Kekasih
-
Pastikan Transparansi Pemilu di Myanmar, Prabowo Dorong ASEAN Ambil Langkah Berani Ini
-
Harga Serba Naik, Tarif Transjakarta Ikut Naik? Ini Alasan Pemprov DKI!
-
BPJS Watch Soroti Pansel Dewas: Tanpa Aturan Jelas, Jabatan DJSN Banyak yang Incar!
-
PVRI: Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Tanda Kembalinya Bayang-Bayang Orde Baru?
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas