Suara.com - Dari seluruh rangkaian haji yang paling banyak menimbulkan korban adalah usai jemaah haji melakukan wukuf di Arafah, dan masuk tahapan melempar jumroh. Sejak tahun 1990, sedikitnya sembilan peristiwa tragedi yang menyebabkan ribuan korban meninggal dunia karena berdesak-desakan.
Korban terbesar terjadi tahun 1990, saat jemaah memasuki terowongan Mina. Sedikitnya 1.426 jemaah haji meninggal karena berdesak-desakan.
Tahun 2015 ini kasus desak-desakan menuju Mina untuk melempar jumrah kembali terjadi. Sedikitnya 717 orang meninggal dan 863 jemaah haji terluka. Tiga korban meninggal diantaranya berasal dari Indonesia yang terpisah dari rombongan. Sebagian besar jemaah haji Indonesia tidak menggunakan jalur tersebut dan telah melakukan lempar jumroh pagi hari.
Pertanyaan besar adalah kenapa peristiwa yang menelan korban ratusan jemaah ini masih terulang meski sudah berkali-kali terjadi. Hingga Jumat (25/9/2015), sedikitnya dua alasan yang diduga menjadi penyebab kuat terjadi desak-desakan tersebut.
Wakil Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Sunarko menyebutkan peristiwa tersebut bermula saat ada sejumlah rombongan haji yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan saat hendak para jemaah hendak melempar jumroh. Kelompok tersebut berhenti di antara tenda-tenda para jemaah di Mina. “Akibat kelompok jemaah berhenti, terjadi penumpukan jemaah, kemudian berdesak-desakan,” kata Sunarko.
Banyak jemaah yang terinjak, apalagi arus jemaah terus berdatangan menuju lokasi lempar jumroh. Akibatnya, banyak korban terhimpit atau terinjak.
Dugaan penyebab lain disebutkan oleh otoritas haji Iran. Pimpinan haji Iran, Said Ohadi menuding kebijakan pemerintah Arabn Saudi yang menutup dua jalur akses menuju lokasi lempar jumroh menjadi penyebabnya.
LIHAT JUGA:
VIDEO: Detik-detik Ratusan Jamaah Haji Tewas dalam Tragedi Mina
“Insiden hari ini menunjukan ada pengaturan yang tak beres dan kurangnya perhatian serius terhadap jemaah haji,” tuding Said seperti dikutip dari Aljazeera, Kamis malam (24/9/2015)
Said mengungkapkan, akibat penutupan jalur itu, hanya tersisa tiga rute ke lokasi pelemparan jumrah yang jaraknya hanya 5 kilometer dari Mekah.
Wakil Menteri Luar Negeri Hossein Amir Iran juga menyatakan kalau kerajaan Arab Saudi bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Dia juga mengatakan kalau utusan Arab Saudi untuk Teheran akan dimintai keterangan oleh Pemerintah Iran.
Sementara Menteri Kesehatan Arab Saudi Khaled al-Falih malah balik menyalahkan Jemaah haji yang tak disiplin hinga menyebabkan kecelakaan serius.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana