Suara.com - Lembaga intelijen Israel disebut tengah memberikan bantuan kepada pihak Prancis dalam investigasi serangan bersenjata dan bom di Paris, Jumat (13/11/2015) malam lalu. Hal itu setidaknya sebagaimana diungkapkan sejumlah media Israel, di mana salah satu radio menyebut bahwa salah satu bantuan mengarah pada identifikasi keterlibatan kelompok militan di Suriah dan Irak.
Pihak Israel sendiri diketahui tidak memberikan peringatan apa-apa sebelum terjadinya serangan pada Jumat lalu yang setidaknya telah menewaskan 129 orang. Namun dalam hitungan jam setelah rangkaian peristiwa itu terjadi, pihak Israel disebut segera memberi informasi kepada Prancis soal beberapa militan Islamic State (IS) yang mengklaim bertanggung jawab. Hal itu sebagaimana dilaporkan stasiun TV Channel Two, yang mengutip salah satu pejabat Israel yang tak disebutkan namanya.
Tanpa menjelaskan lebih jauh, Channel Two melaporkan bahwa intelijen Israel melihat adanya "kaitan operasional yang jelas" antara serangan di Paris, dengan pengeboman bunuh diri di Beirut beberapa hari lalu, serta jatuhnya pesawat Rusia di Gurun Sinai pada 31 Oktober lalu.
Sementara itu, seperti dilaporkan Radio Tentara Israel, lembaga intelijen Israel masih terus mengawasi Suriah dan Irak, kawasan yang belakangan banyak dikuasai kelompok Islamic State. Pengawasan itu disebut bisa memberi gambaran setidaknya soal pengaturan serangan di Paris. Saat dihubungi Reuters, pihak berwenang Israel sendiri belum ada yang bisa berkomentar langsung. Namun Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebelumnya sempat memberikan pernyataan bernada sama.
"Saya telah memerintahkan lembaga intelijen dan keamanan Israel untuk membantu pihak berwenang di Prancis dan dari negara Eropa lainnya dalam hal apa pun yang bisa dilakukan," ungkap Netanyahu, di depan sejumlah wartawan, Sabtu (14/11).
Tahun lalu, salah seorang diplomat Barat juga pernah menyungkapkan bahwa Israel telah turut membantu koalisi Amerika Serikat (AS) dalam melawan ISIS, terutama dalam bentuk informasi. Di antaranya adalah berupa data-data perjalanan, yang antara lain mengungkap identitas warga Barat yang bergabung dengan ISIS. [Reuters]
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
Terkini
-
Cak Imin Dorong Sekolah Umum Terapkan Pola Pendidikan Sekolah Rakyat: Ini Alasannya!
-
Warga Manggarai Tak Sabar Tunggu Proyek LRT Fase 1B Rampung, Macet Dianggap Sementara
-
Lewat Sirukim, Pramono Sediakan Hunian Layak di Jakarta
-
SAS Institute Minta Program MBG Terus Dijalankan Meski Tuai Kontroversi: Ini Misi Peradaban!
-
Dua Kakek Kembar di Bekasi Lecehkan Difabel, Aksinya Terekam Kamera
-
Jadwal SIM Keliling di 5 Wilayah Jakarta Hari Ini: Lokasi, Syarat dan Biaya
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol