Suara.com - Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang lingkungan hidup seperti Greenpeace dan Save Our Borneo menginginkan Presiden Joko Widodo untuk dapat mengharuskan perusahaan kehutanan membendung kanal mereka yang mengeringkan lahan gambut.
"Kami ingin memastikan Presiden Jokowi mengeluarkan peraturan yang mengharuskan perusahaan membendung kanal yang digunakan untuk mengeringkan gambut, serta memberi perlindungan permanen untuk lahan gambut," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Rusmadya Maharuddin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (28/11/2015).
Dia mengemukakan, langkah membendung kanal merupakan contoh yang didasarkan pada instruksi Presiden Jokowi menjelang pembicaraan mengenai perubahan iklim pada pekan depan untuk melindungi lahan gambut.
Pembendungan kanal tersebut, lanjutnya, akan mengembalikan kadar air alami gambut.
"Kerusakan hutan dan lahan gambut, terutama yang dialihfungsikan untuk perkebunan, merupakan penyebab utama dari kebakaran hutan dan sumber kontribusi terbesar di Indonesia terhadap perubahan iklim," katanya.
Untuk itu, dia menegaskan bahwa Presiden harus memberikan kekuatan hukum dalam kebijakan nol deforestasi melalui penguatan kebijakan moratorium yang telah ada untuk hutan dan lahan gambut, termasuk hutan sekunder dan hutan di dalam konsesi.
Aktivis Greenpeace juga telah bekerja berdampingan bersama warga, relawan, serta organisasi lokal Save Our Borneo, dan Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP) Universitas Palangkaraya membendung kanal yang selama ini digunakan untuk mengeringkan lahan gambut.
Sementara itu, Direktur Save Our Borneo Nordin mengatakan, restorasi lahan gambut harus dimulai dari sekarang agar kebakaran hutan tidak lagi terjadi di masa mendatang. "Hal ini mendesak untuk dilakukan, dan setiap orang harus bertindak," ujarnya.
Sebelumnya, Pemerintah RI sedang menyiapkan pembentukan Badan Restorasi Ekosistem Gambut guna mengatasi kerusakan lahan gambut hingga menyebabkan kebakaran lahan dan bencana asap.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Selasa (24/11), mengikuti rapat terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta.
"Tadi kami rapat dengan dipimpin Pak Wapres membahas mengenai persiapan pembentukan Badan Restorasi Ekosistem Gambut, yang pekerjaan utamanya adalah operasi dan 'maintenance' yang memerlukan dukungan dari beberapa kementerian," kata Siti Nurbaya usai ratas di Kantor Wapres Jakarta.
Kerusakan lahan gambut yang ada di Tanah Air memerlukan pengelolaan serta sistem pengendalian dan pemeliharaan yang baik, dengan melibatkan instansi pemerintah dan tenaga ahli.
Oleh karena itu, lanjut Siti, Pemerintah mempertimbangkan untuk membentuk sebuah Badan guna mempercepat restorasi ekosistem lahan gambut tersebut.
"Badan ini nantinya akan bekerja merestorasi ekosistem secara mandiri, tidak bisa diganggu oleh menteri dan diisi oleh orang profesional. Dan menteri harus bekerja sama erat dengan Badan ini," tuturnya.
Badan Restorasi tersebut nantinya akan mengawasi dan mengontrol langsung pekerjaan lapangan dalam mengembalikan ekosistem lahan gambut, dengan memiliki akses langsung ke Presiden Joko Widodo dan Wapres Kalla. (Antara)
Berita Terkait
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Peringatan 13 Tahun Jokowi Masuk Gorong-Gorong: Momen Ikonik yang Mengubah Wajah Politik Indonesia
-
Mogok di Tanjakan Hutan Cikupa
-
Kardinal Suharyo Soroti Kerusakan Hutan: Negara Kaya Merusak, Rakyat Miskin Menanggung
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?