Akbar Tanjung [Antara]
Untuk menyelesaikan kisruh, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung meminta Golkar menyelenggarakan musyawarah nasional tahun 2016.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie, Azis Syamsuddin, mengatakan usulan Akbar tentu akan dibawa dibicarakan di tingkat DPP Partai Golkar. Namun, Azis bersikukuh kalau kepengurusan kubunya yang sah sesuai dengan putusan Mahkamah Agung.
"Permintaan itu kita hargai, itu bisa jadi pembahasan di DPP," kata Azis di DPR, Rabu (30/12/2015).
Menurut Azis dengan keluarnya putusan MA, berarti Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly harus mengeluarkan pengakuan terhadap Golkar kubu Aburizal Bakrie atau kepengurusan hasil munas di Bali.
Namun, Azis menyayangkan Yasonna tidak melaksanakan merespon putusan MA. Itu sebabnya, Azis menyarankan Yasonna mundur saja, seperti Dirjen Perhubungan Darat yang mundur karena merasa tidak mampu menjalankan tugas mengatasi kemacetan.
"Sejak putusan itu diketok, saat itulah Yasonna memutuskan. Kalau tidak bisa melaksanakan substansi hukum, ya sebaiknya dia mundur seperti Dirjen Pajak dan Dirjen Perhubungan Darat," ujarnya.
Sementara itu anggota Fraksi Golkar kubu Agung Laksono, Fayakhun Andriadi, menganggap munas seperti yang diminta Akbar perlu digelar untuk mengembalikan kepengurusan Golkar ke Munas Riau yang habis pada 31 Desember 2015.
"Keputusan MA yang memerintahkan agar Menkumham mencabut SK, ada batas waktu empat bulan, sehingga bila tidak dicabut akan tercabut dengan sendirinya, yaitu Februari 2016. Dengan demikian, per tanggal 1 Januari surat itu tercabut sendiri dan kepengurusan Munas Ancol masih berlaku dan sah," kata anggota Fayakhun.
"Munas Ancol juga berhak menggelar Munas sesuai dengan keputusan MPG secara legal sah, sebelum SK Menkumham tercabut dengan sendirinya," tambah Fayakhun Andriadi.
Fayakhun mempertanyakan kenapa kubu Aburizal tidak setuju munas, padahal dorongan untuk menyelenggarakannya makin menguat. Senior Partai Golkar, seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Siswono Yudo Husodo, sepakat munas digelar di awal 2016 demi masa depan partai.
"Keinginan bersatu sudah terlihat. Sepertinya kok Pak Ical tinggal sendirian yang tidak menghendaki Munas. Ada apa?" katanya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie, Azis Syamsuddin, mengatakan usulan Akbar tentu akan dibawa dibicarakan di tingkat DPP Partai Golkar. Namun, Azis bersikukuh kalau kepengurusan kubunya yang sah sesuai dengan putusan Mahkamah Agung.
"Permintaan itu kita hargai, itu bisa jadi pembahasan di DPP," kata Azis di DPR, Rabu (30/12/2015).
Menurut Azis dengan keluarnya putusan MA, berarti Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly harus mengeluarkan pengakuan terhadap Golkar kubu Aburizal Bakrie atau kepengurusan hasil munas di Bali.
Namun, Azis menyayangkan Yasonna tidak melaksanakan merespon putusan MA. Itu sebabnya, Azis menyarankan Yasonna mundur saja, seperti Dirjen Perhubungan Darat yang mundur karena merasa tidak mampu menjalankan tugas mengatasi kemacetan.
"Sejak putusan itu diketok, saat itulah Yasonna memutuskan. Kalau tidak bisa melaksanakan substansi hukum, ya sebaiknya dia mundur seperti Dirjen Pajak dan Dirjen Perhubungan Darat," ujarnya.
Sementara itu anggota Fraksi Golkar kubu Agung Laksono, Fayakhun Andriadi, menganggap munas seperti yang diminta Akbar perlu digelar untuk mengembalikan kepengurusan Golkar ke Munas Riau yang habis pada 31 Desember 2015.
"Keputusan MA yang memerintahkan agar Menkumham mencabut SK, ada batas waktu empat bulan, sehingga bila tidak dicabut akan tercabut dengan sendirinya, yaitu Februari 2016. Dengan demikian, per tanggal 1 Januari surat itu tercabut sendiri dan kepengurusan Munas Ancol masih berlaku dan sah," kata anggota Fayakhun.
"Munas Ancol juga berhak menggelar Munas sesuai dengan keputusan MPG secara legal sah, sebelum SK Menkumham tercabut dengan sendirinya," tambah Fayakhun Andriadi.
Fayakhun mempertanyakan kenapa kubu Aburizal tidak setuju munas, padahal dorongan untuk menyelenggarakannya makin menguat. Senior Partai Golkar, seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Siswono Yudo Husodo, sepakat munas digelar di awal 2016 demi masa depan partai.
"Keinginan bersatu sudah terlihat. Sepertinya kok Pak Ical tinggal sendirian yang tidak menghendaki Munas. Ada apa?" katanya.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Mengupas MDIS: Kampus Singapura Tempat Gibran Raih Gelar Sarjana, Ijazahnya Ternyata dari Inggris!
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Puan Maharani Minta Pemerintah Evaluasi MBG: Programnya Bagus, Penanganannya Tidak Tepat
-
Permukaan Laut Naik Terus, Indonesia Akan Bangun Tanggul Raksasa 480 Km!
-
KPK Periksa 5 Sosok Terkait Korupsi Haji, Mayoritas Direktur Biro Haji dan Umrah
-
Di Hadapan PBB Prabowo Klaim Indonesia Sudah Swasembada Beras: Siap Jadi Lumbung Pangan Dunia
-
Bukan Omon-Omon! Prabowo Siap Kirim 20 Ribu Pasukan Perdamaian RI ke Zona Konflik
-
Prabowo di PBB: Palestina Harus Merdeka, Dua Negara Keturunan Abraham Harus Hidup Damai!
-
Tiga Kecelakaan dalam Sebulan, Transjakarta Akan Terapkan Tes Psikologi Lanjutan untuk 11 Ribu Sopir
-
Tiga Kecelakaan dalam Sebulan, DPRD DKI Minta Sertifikasi Sopir Transjakarta Diperketat
-
PN Jaksel Jadwalkan Sidang Praperadilan Nadiem Makarim pada 3 Oktober
-
Diduga Cemburu, Suami di Kebon Jeruk Bunuh Istri Lalu Serahkan Diri ke Polisi