Suara.com - Sejarah panjang Golkar sebagai partai yang selalu dipimpin ketua umum yang berkualifikasi seperti "dewa” adalah fakta yang tidak terbantahkan.
Di era Soeharto berkuasa selama 32 tahun, Golkar selalu dipimpin seorang ketua umum yang “dibina" oleh kekuasaan, ibarat dewa yang diutus dari langit.
“Dewa di atas dewa itu menurut saya adalah Soeharto sendiri,” kata politisi senior Golkar Zainal Bintang kepada Suara.com, Minggu (6/3/2016).
Menurut Bintang kualifikasi dewa di sini diartikan sama dengan kekuasaan atau orang yang dekat dengan kekuasaan.
Bintang yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR itu menjelaskan selain sebagai Presiden, Soeharto juga memegang jabatan sebagai ketua dewan pembina Golkar. AD/ART Golkar memberi kewenangan kepada ketua dewan untuk dapat membatalkan keputusan yang sudah diambil DPP.
“Bahkan berwenang membubarkan DPP,” ujar Bintang.
Di era reformasipun Golkar kembali dipimpin seorang “dewa” yaitu Akbar Tanjung (1998). Akbar yang menjadi ketua umum pertama di era reformasi menjabat sebagai ketua DPR RI sebelumnya adalah menteri sekretaris negara. Pendek kata, Akbar diback up oleh Presiden B. J. Habibie ketika itu.
Pengganti Akbar Tanjung yang terpilih pada Munas Golkar di Bali pada tahun 2004, kata Bintang, juga seorang “dewa” yaitu Jusuf Kalla karena juga merangkap sebagai wakil Presiden.
Menurut Bintang seorang ketua umum yang punya jabatan yang melekat dengan kekuasaan alias semacam “dewa” adalah sosok pimpinan yang didambakan oleh seluruh kader Golkar.
“Pimpinan Golkar DPD Provinsi maupun kabupaten dan kota akan sangat bangga apabila ketua umum Golkar adalah orang yang dekat dengan kekuasaan alias “dewa,” kata Bintang.
Gonjang ganjing Partai Golkar belakangan ini, menurut Ketua Koordinator Eksponen Ormas Tri Karya Golkar itu, karena jabatan ketua umum diperebutkan figur yang tidak berkualifikasi “dewa."
“Sejak Munas Riau 2009, Ketua Umum Golkar nggak punya jabatan formal yang membanggakan kader Golkar,” kata Bintang.
Maka menjadi pertanyaan ke depan, siapakah figur calon ketua umum Golkar yang berkualifikasi “dewa” yang akan mendapat kepercayaan dari pemilik suara Golkar di daerah pada Munas yang akan datang?
Bintang mengutip pernyataan Bambang Soesatyo yang mengatakan pengurus Golkar di daerah tidak menginginkan Ade Komaruddin mundur dari ketua DPR karena posisi tersebut memberikan kebanggaan luar biasa bagi para kader, terutama di daerah.
Bamsoet menjelaskan posisi Ade dipimpinan legislatif menguntungkan bagi upaya konsolidasi partai ke depan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan