Suara.com - Serikat pekerja di Indonesia menargetkan Partai Buruh terbentuk tahun 2017 setelah berdiri organisasi masyarakat Rumah Rakyat Indonesia. Itu dikatakan aktivis buruh Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Parlindungan Sinurat.
"Ormas itu sebagai embrio, cikal bakal terbentuknya partai politik yang akan dideklarasikan menjadi partai pada 1 Mei 2017," ujarnya di Tanjungpinang, Minggu (1/5/2016).
Dia mengatakan kelahiran Partai Buruh harus dibidani dan dimulai dari sekarang agar partai buruh yang diimpikan siap bertarung mengikuti pemilihan umum 2019, Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden. Embrio partai politik itu diawali dengan mendeklarasikan berdirinya sebuah organisai masyarakat.
Deklarasi ormas pun dilakukan oleh para deklarator tingkat provinsi yang notabene adalah para aktivis buruh di 200 kabupaten/kota dan 28 provinsi di depan kantor Gubernur saat acara perayaan hari buruh sedunia.
"Puncak deklarasi dilakukan di Gelora Bung Karno (GBK)," katanya.
Parlindungan mengatakan Partai Buruh akan menjadi kekuatan politik alternatif yang lahir, dan menjadi anomali dari partai-partai yang sudah ada.
"Kira-kira impian itu yang ingin diwujudkan oleh beberapa Konfederasi Serikat Pekerja di Indonesia pada acara peringatan Hari Buruh sedunia pada 1 Mei 2016 atau yang lebih dikenal dengan May Day," katanya.
Menurut dia, salah satu penyebab masih terpuruknya nasib buruh di Indonesia adalah kebijakan negara terhadap perburuhan belum berpihak.
Perjuangan jalur politik bagi gerakan buruh Indonesia dengan cara duduk di kekuasaan politik seperti legislatif, menteri, presiden menjadi keharusan agar lebih mudah mengubah aturan ketenagakerjaan menjadi berpihak.
Mimpi buruh Indonesia untuk lahirnya sebuah Partai Buruh yang kuat untuk memperjuangkan hak dan kepentingan buruh seperti di Inggris, Australia atau Korea Selatan sudah lama di impikan.
Alasannya, partai politik yang ada saat ini dirasakan tidak merespon tuntutan para buruh dan buruh hanya dimanfaatkan saat pemilu.
"Buruh berpolitik sudah terjadi di beberapa negara dengan berbagai pola. Salah satunya memang dengan mendirikan partai politik seperti yang terjadi di Inggris," ujarnya.
Sebenarnya, kata dia organisasi buruh lebih efektif memiliki massa konsisten, iuran anggota yang tekun dan dikelola dengan baik yang tidak dimiliki oleh kader-kader partai politik, solidaritas buruh sangat kuat dan tidak dimiliki oleh partai-partai politik.
"Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada Agustus 2015 jumlah pekerja formal dan informal Indonesia sebanyak 114,9 juta orang. Pekerja formal sebanyak 48,5 juta atau sebesar 42,24 persen dan pekerja informal sebanyak 66,3 juta orang atau 57,76 persen. Patut diperhitungkan dalam pemilu tahun 2019," katanya.
Dia mengatakan perjuangan ekonomi seperti upah murah, ketidakpastian kerja, dan jaminan sosial kerja seperti unjangan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan pensiun, dan perjuangan menuntut kesejahteraan yang telah dilakukan oleh gerakan serikat buruh selama ini harus dikembangkan dan menjadi sebuah perjuangan politik.
Berita Terkait
-
Turunkan 2.000 Personel, Kasatpol PP Berharap May Day Aman
-
'Pemanasan' "May Day", 100 Ribu Buruh Jerman Mogok Kerja
-
Kapolda Metro Jaya: Jangan Kirim Buruh ke Jakarta di "May Day"
-
Peringatan Mayday, Polisi Pastikan Kegiatan CFD Tetap Diadakan
-
16 Ribu Aparat Bersiap Amankan Peringatan Hari Buruh Sedunia
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Serukan Green Policy Lawan Krisis Ekologi, Rocky Gerung: Sejarah Selalu Berpihak ke Kaum Muda
-
Kunto Aji Soroti Kualitas Makanan Bergizi Gratis dari 2 Tempat Berbeda: Kok Timpang Gini?
-
Rekam Jejak Sri Mulyani Keras Kritik BJ Habibie, Kinerjanya Jadi Menteri Tak Sesuai Omongan?
-
Pajak Kendaraan di RI Lebih Mahal dari Malaysia, DPRD DKI Janji Evaluasi Aturan Progresif di Jakarta
-
Jalan Berlubang di Flyover Pancoran Makan Korban: ASN Terjatuh, Gigi Patah-Dahi Sobek
-
DPR Ingatkan Program Revitalisasi Sekolah Jangan Hanya Buat Gedung Mewah: Guru Juga Harus Sejahtera
-
Gibran Tak Lulus SMA? Said Didu Bongkar UTS Insearch Cuma 'Bimbel', Surat Kemendikbud Disorot
-
Ditinggal Jaksa di Tengah Gugatan Rp125 Triliun, Gibran Hadapi Sendiri Kasus Ijazah SMA-nya?
-
Geger Dugaan Skandal Terlarang Irjen KM, Terkuak Panggilan 'Papapz-Mamamz' Kompol Anggraini
-
Jadi Buron Kasus Pencemaran Nama Baik JK, Kejagung Buru Silfester Matutina