Ombudsman Republik Indonesia (ORI) memanggil Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, di Jakarta, Jumat (20/5). [suara.com/Oke Atmaja]
Pemerintah Kabupaten Tangerang berencana menertibkan lokalisasi Dadap dan Kampung Nelayan Dadap pada 23 Mei 2016. Sebanyak 387 keluarga dan 418 bangunan terancam terkena kebijakan tersebut.
Namun, rencana tersebut tak berjalan mulus. Warga melawan. Mereka menilai Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar belum menjalankan prosedur.
Warga Dadap meminta Bupati Zaki meniru cara Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjalankan prosedur, terutama kompensasi, sebelum eksekusi.
"Setahu kami, setiap kali pemerintah melakukan penggusuran, yang utama adalah pastikan dulu tahapan-tahapannya. Harus ada sosialisasinya, paling kurang dua tahunlah. Pak Ahok kalau buat penggusuran, dia sudah siapkan semuanya, dia sudah siapkan rumah susunnya, transportasinya, cobalah Pemkab Tangerang juga seperti itu," kata warga bernama Heri Afrizal.
Heri mengatakan itu ketika turut hadir dalam pertemuan antara warga Dadap dan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dimediasi oleh Ombudsmen RI di gedung ombudsman, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2016).
Heri menilai selama ini, warga Tangerang, terutama warga Kampung Dadap, tidak pernah merasakan pelayanan aparat pemerintah dengan baik. Contohnya dalam membuat Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.
"Satu lagi Pak Bupati, Bapak tahu nggak, betapa susahnya beban kami ketika membuat KTP. Biaya yang harus kami keluarkan adalah Rp200 ribu hingga Rp300 ribu, buat KK harus keluarkan uang sampai satu juta berapa. Kenapa besar begitu, karena ada yang jadi calo, dan itu adalah pejabat sendiri, Bapak harus tahu ini, makanya kami tidak percaya dengan bapak," kata Heri diiringi tepukan dan sorakan warga.
Dia juga mengkritik pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Dia menyontohkan pengalaman ketika membawa anak ke puskesmas. Layanannya mengecewakan.
"Namun, apa yang saya dapat, orang puskesmas bilang mereka bisa mengobati anak saya, alhamdulillah saya senang, karena pihak puskesmas sudah bisa mengobati orang sakit, anak saya pun dinyatakan negatif DBD. Tetapi saat dibawa pulang, sampai di rumah sakit lagi, saya bawa ke Rumah Sakit Cengkareng karena dekat, ternyata anak saya positif DBD. Ini kan pembohongan, kalau anak saya terjadi apa-apa, ini masukan buat Bapak, tolong berikan yang terbaik," kata Heri.
Heri mengingatkan Pemerintah Kabupaten Tangerang agar jangan sewenang-wenang, terutama melalui kebijakan penertiban terhadap pemukiman penduduk.
"Mungkin kalau bebek atau kambing, dia dipindahkan tidak berkomentar pak, tapi saya manusia, kita ini manusia, kita butuh hidup juga," kata Heri.
Namun, rencana tersebut tak berjalan mulus. Warga melawan. Mereka menilai Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar belum menjalankan prosedur.
Warga Dadap meminta Bupati Zaki meniru cara Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjalankan prosedur, terutama kompensasi, sebelum eksekusi.
"Setahu kami, setiap kali pemerintah melakukan penggusuran, yang utama adalah pastikan dulu tahapan-tahapannya. Harus ada sosialisasinya, paling kurang dua tahunlah. Pak Ahok kalau buat penggusuran, dia sudah siapkan semuanya, dia sudah siapkan rumah susunnya, transportasinya, cobalah Pemkab Tangerang juga seperti itu," kata warga bernama Heri Afrizal.
Heri mengatakan itu ketika turut hadir dalam pertemuan antara warga Dadap dan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dimediasi oleh Ombudsmen RI di gedung ombudsman, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (20/5/2016).
Heri menilai selama ini, warga Tangerang, terutama warga Kampung Dadap, tidak pernah merasakan pelayanan aparat pemerintah dengan baik. Contohnya dalam membuat Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.
"Satu lagi Pak Bupati, Bapak tahu nggak, betapa susahnya beban kami ketika membuat KTP. Biaya yang harus kami keluarkan adalah Rp200 ribu hingga Rp300 ribu, buat KK harus keluarkan uang sampai satu juta berapa. Kenapa besar begitu, karena ada yang jadi calo, dan itu adalah pejabat sendiri, Bapak harus tahu ini, makanya kami tidak percaya dengan bapak," kata Heri diiringi tepukan dan sorakan warga.
Dia juga mengkritik pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Dia menyontohkan pengalaman ketika membawa anak ke puskesmas. Layanannya mengecewakan.
"Namun, apa yang saya dapat, orang puskesmas bilang mereka bisa mengobati anak saya, alhamdulillah saya senang, karena pihak puskesmas sudah bisa mengobati orang sakit, anak saya pun dinyatakan negatif DBD. Tetapi saat dibawa pulang, sampai di rumah sakit lagi, saya bawa ke Rumah Sakit Cengkareng karena dekat, ternyata anak saya positif DBD. Ini kan pembohongan, kalau anak saya terjadi apa-apa, ini masukan buat Bapak, tolong berikan yang terbaik," kata Heri.
Heri mengingatkan Pemerintah Kabupaten Tangerang agar jangan sewenang-wenang, terutama melalui kebijakan penertiban terhadap pemukiman penduduk.
"Mungkin kalau bebek atau kambing, dia dipindahkan tidak berkomentar pak, tapi saya manusia, kita ini manusia, kita butuh hidup juga," kata Heri.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
800 Polantas Bakal Dikerahkan Blokade Sudirman-Thamrin di Malam Tahun Baru 2026
-
Kapuspen TNI: Pembubaran Massa di Aceh Persuasif dan Sesuai Hukum
-
Jangan Terjebak, Ini Skema Rekayasa Lalin Total di Sudirman-Thamrin Saat Malam Tahun Baru 2026
-
Viral Dosen UIM Makassar, Ludahi Kasir Perempuan Gegara Tak Terima Ditegur Serobot Antrean
-
Jadi Wilayah Paling Terdampak, Bantuan Akhirnya Tembus Dusun Pantai Tinjau Aceh Tamiang
-
Elite PBNU Sepakat Damai, Gus Ipul: Di NU Biasa Awalnya Gegeran, Akhirnya Gergeran
-
Ragunan Penuh Ribuan Pengunjung, Kapolda: 151 Polisi Disiagakan, Copet Nihil
-
Tolak UMP 2026, Buruh Bakal Gugat ke PTUN dan Kepung Istana
-
Kecelakan Hari Ini: Motor Kebut Tabrak Viar Pedagang Tahu Bulat di Kalimalang, Satu Pemuda Tewas
-
Buruh Tolak Keras UMP Jakarta 2026: Masa Gaji Bank di Sudirman Kalah dari Pabrik Panci Karawang