Suara.com - Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan temuan banyaknya kepala daerah dan anggota dewan baik tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota yang melakukan transaksi keuangan mencurigakan. Hal itu terlihat dari transaksi mereka secara tunai yang bernilai ratusan juta rupiah di sejumlah bank.
"Tadi kami berikan beberapa solusi. Kami gambarkan bahwa masih banyak penerimaan uang cash Rp500 juta sekali setor ke bank atau sekali tarik dari bank. Ini kalau kami lihat profilnya kebanyakan kepala daerah atau politisi," kata Ketua PPATK Muhammad Yusuf usai memberikan materi Diklat Pembekalan Bagi 102 Kepala Daerah di Kantor BPSDM Kemendagri, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2016).
Transaksi mencurigakan itu paling banyak terjadi ketika Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah, serta ketika proses penganggaran. Diindikasi uang tunai berjumlah sangat besar itu untuk praktik suap.
"Sehingga kami mencium uang-uang seperti ini kemungkinan besar digunakan untuk tidak baik," ujar dia.
Menurut dia, uang tunai sebesar itu tidak lazim dilakukan orang sebagai nasabah bank. Sebab ATM Bank sekarang sangat banyak tersebar di berbagai tempat umum.
"ATM kan ada ribuan, ada bank umum dan sarana sudah banyak, lalu kenapa pakai cash. Jadi saya katakan perlu dibangun komitmen supaya tidak kebablasan soal uang cash," tutur dia.
Setiap Pemerintah Daerah harus melakukan transaksi keuangan melalui transfer, seperti DKI. Hal itu untuk mengeliminasi praktik suap, pemerasan dan gratifikasi.
"Itu cerita yang tidak sehat bagi generasi berikutnya. Kita perlu mencari figur kepala daerah yang tepat, bebas dari KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), bebas dari dosa masa lalu ," kata dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
DPR Acungi Jempol, Sebut KPU Bijak Usai Batalkan Aturan Kontroversial
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!
-
KPK Dinilai 'Main Satu Arah', Tim Hukum Rudy Tanoe Tuntut Pembatalan Status Tersangka