Suara.com - Ayahanda Omar Mateen, pembantai 49 orang (sebelumnya disebutkan 50), di klub gay Pulse, Orlando, Florida, mengungkap kegiatan sang anak, sehari sebelum beraksi. Seddique Mateen, sang ayah, mengaku bertemu dengan putranya sehari sebelum ia melancarkan aksinya.
Seddique mengaku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan pada Omar.
"Saya tidak melihat sesuatu yang janggal. Dia itu amat licin," kata Seddique kepada Reuters.
Beberapa informasi yang lebih mendetail soal Omar, si pembantai pengunjung klub gay, muncul ke permukaan.
Omar diketahui beribadah di Masjid Islamic Center of Fort Pierce, selama sekitar sepuluh tahun terakhir. Mateen beberapa kali menunaikan sholat dengan Moner Mohammad Abu-Salha, lelaki keturunan Palestina-Amerika yang pada tahun 2014 menjadi pelaku bom bunuh diri Amerika pertama di Suriah. Namun, keduanya (Mateen dan Abu Salha) tidak berinteraksi satu sama lain, kata anggota majelis taklim masjid, Adel Nefzi.
Pada tahun 2014, Mateen diinvestigasi dan diwawancarai untuk kedua kalinya oleh otoritas Amerika Serikat. Investigasi dilakukan terkait dugaan keterlibatannya dengan Abu-Salha. Namun, ketika itu, tidak ditemukan ancaman yang substansial dari diri Omar, demikian dikatakan otoritas AS, Minggu.
Ternyata, Omar dan Abu Salha sama-sama belajar di sekolah yang sama, yakni Indian River State College di Fort Pierce. Omar lulus pada tahun 2006 dengan predikat sarjana kriminal, sedangkan Abu Salha kuliah di sekolah tersebut pada tahun 2010 dan 2011.
Di kalangan tetangga, Omar dikenal sebagai seorang yang pendiam.
"Ia tidak supel. Ia kurang ramah, namun tidak kasar pula," kata Mohammed Jameel, (54) yang juga jamaah masjid tempat Omar beribadah.
Seorang tetangga yang tinggal di kompleks kondominiumnya menyebut Omar sebagai seorang yang "aneh".
"Dengan semua orang yang ada di gedung ini, jika Anda bertemu seseorang, dan Anda saling mengenal, Anda pasti saling menyapa 'Apa kabar?' basa basi," kata si tetangga. "Kalau dengannya, yang ada hanya tatapan aneh," imbuhnya.
Empat puluh sembilan orang tewas terbunuh sementara 53 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Kepala Biro Penyidik Federal AS (FBI) James Comey amat yakin bahwa Mateen telah diradikalisasi saat membaca atau menonton propaganda dunia maya. Ia juga menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi dalam serangkaian panggilan darurat yang ia lakukan selagi beraksi.(Reuters)
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
KPK Tancap Gas Sidik Korupsi Bansos, Meski Rudi Tanoe Terus Ajukan Praperadilan
-
Malam Penganugerahan Pegadaian Media Awards 2025 Sukses Digelar, Ini Daftar Para Jawaranya
-
Sekjen PBNU Minta Pengurus Tenang di Tengah Isu Pelengseran Gus Yahya dari Kursi Ketua Umum
-
Kader Muda PDIP Ditantang Teladani Pahlawan: Berjuang Tanpa Tanya Jabatan
-
Kementerian PU Tingkatkan Kapasitas Petugas Pelayanan Publik
-
Bukan Cuma Guru Ngaji, Ketua Kelompok Pengajian di Jember Kini Dapat Uang Insentif
-
Siswa Mengadu soal Perundungan di Sekolah, Wagub Rano Karno Janji Usut Tuntas
-
Mendagri Harap Karang Taruna Jadi Motor Penggerak Perubahan Desa
-
Tak Terima Jadi Tersangka, Kakak Hary Tanoe Kembali Ajukan Praperadilan Lawan KPK
-
Hadiri Acara 50 Tahun Kemerdekaan Republik Angola, Mendagri: Kehormatan Besar bagi Rakyat Indonesia