Direktur program lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas menyebut isu SARA juga menjadi salah satu pertanyaan yang diberikan kepada responden.
Hal tersebut diungkapkan Sirojudin dalam jumpa pers hasil rilis survei yang bertema Pemilih DKI dan Kinerja Petahana jelang Pilkada DKI 2017 mendatang, di Kantor SMRC, Jalan Cisadane, Cikini, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
"Survei juga menguji seberapa penting isu SARA dalam kontestasi Gubernur DKI Jakarta. Mayoritas pemilih Jakarta cukup moderat dalam memandang asal usul agama dan etnik ketika menentukan dukungan terhadap calon gubernur,"ujar Sirojudin di Kantor SMRC, Jalan Cisadane, Cikini, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Saat dilakukan survei soal SARA , penilaian masyarakat Jakarta terhadap calon gubernur petahana Basuki Thajaja Purnama atau Ahok turun. Menurutnya, mayoritas warga Jakarta beragama Islam.
"Dalam isu agama (muslim tidak boleh dipimpin oleh nonmuslim) dan etnis (etnis minoritas tidak boleh dipimpin oleh etnis mayoritas), cukup berpengaruh kepada Ahok. Semakin orang setuju dengan pandangan tersebut, maka semakin rendah dukungan kepada Ahok," ucapnya.
Meski demikian, masih ada pihak-pihak ekstrim yang setuju isu tersebut bisa mengalahkan Ahok.
"Namun yang penting dicatat, hanya yang ekstrim, yaitu yang menyatakan sangat setuju dengan pendapat tersebut bisa mengalahkan Ahok. Dan yang ekstrim tersebut cenderung mendukung Yusril Ihza Mahendra,"imbuh Sirojudin.
Dalam hasil survei SMRC, pihaknya menanyakan kepada responden terkait pandangan atau keyakinan, bahwa orang Islam tidak boleh dipimpin oleh orang yang beragama bukan Islam dalam sebuah pemerintahan seperti DKI Jakarta. Meskipun Indonesia walaupun Indonesia atau DKI Jakarta bukan negara atau provinsi Islam melainkan negara atau provinsi berasas Pancasila dan UUD 45.
"Seberapa setuju dengan pandangan atau keyakinan itu, 48 persen responden menjawab tidak setuju, 12 persen mengaku sangat setuju, 29 persen setuju, 2 persen sangat tidak setuju dan 8 persen tidak tahu,"kata Sirojudin.
Sementara itu, ketika ditanya pandangan bahwa orang dari kelompok etnik atau suku bangsa minoritas tidak boleh memimpin orang-orang dari kelompok etnik lebih besar atau mayoritas di Pemerintahan DKI Jakarta, hanya empat persen yang menyatakan sangat setuju.
"4 persen menjawab sangat setuju, 20 persen setuju, 64 persen tidak setuju, 2 persen sangat tidak setuju dan 10 persen menjawab tidak tahu," jelasnya.
Meski begitu kata Sirojudin, faktor etnik kurang kuat dibanding faktor agama.
"Sebanyak 66 persen warga DKI tidak mempersoalkan satu etnik minoritas memimpin etnik -etnik lain yang membentuk kekuatan mayoritas,"ungkapnya.
Untuk diketahui, lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC ) merilis hasil survei peta kekuatan politik menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Adapun survei SMRC dilaksanakan pada 24 Juni hingga 29 Juni 2016 dengan jumlah sampel acak sebanyak 820 orang dan dipilih dengan metode multistage random sampling. Namun respon rate lebih rendah 646 responden atau 78, 8 persen yang dianalisis. Sementara margin of error +_ 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Pramono Pastikan Kampus IKJ Tak Dipindah ke Kota Tua, Fokus Bangun Ekosistem Seni di TIM
 - 
            
              Onad Resmi Direhabilitasi: Bukan Pengedar, Ini Alasan BNNP DKI
 - 
            
              Budi Arie Merapat ke Gerindra? Muzani: Syaratnya Cuma Ini!
 - 
            
              Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
 - 
            
              Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
 - 
            
              Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?
 - 
            
              Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah
 - 
            
              Dinilai Bukan Pelanggaran Etik, Ahli Hukum Sebut Ucapan Adies Kadir Hanya Slip Of The Tongue
 - 
            
              Misteri 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Kwitang, Polda Metro Jaya Ambil Alih Kasus
 - 
            
              Legal Standing Dipertanyakan Hakim MK, Pemohon Uji UU TNI Singgung Kasus Almas