Berbagai ormas, hari ini, turun ke jalan untuk memperingati Hari Tani Nasional. [suara.com/Yulia Enggarjati]
Berbagai ormas, hari ini, turun ke jalan untuk memperingati Hari Tani Nasional. Titik start aksi di halaman Masjid Istiqlal, setelah itu mereka longmarch ke depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Ormas tani, nelayan, masyarakat adat, buruh, mahasiswa, yang ikut aksi berasal dari berbagai daerah. Antara lain, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta.
Aksi tersebut bertujuan untuk menyadarkan pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk lebih memperhatikan nasib pertanian. Mereka juga menagih janji Jokowi dan Jusuf Kalla ketika kampanye dulu yaitu menciptakan sembilan juta hektar lahan pertanian.
"Kita hari ini, di sini melakukan demo, pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kala telah berjanji ingin memberikan tanah untuk kami yang tidak memiliki tanah sebanyak sembilan juta hektar," ujar Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih.
Henry mengungkapkan selama pemerintah dipimpin Jokowi, sekitar dua tahun terakhir, kata Henry, lahan pertanian berkurang terus.
"Tapi malah dirampas hak kami. Tanah kita diambil oleh perusahaan-perusahaan besar, dan hasil produksi kitapun dijual dengan harga murah, kita merugi," kata dia.
Henry mengatakan saat ini hampir seluruh petani di berbagai daerah tidak memiliki tanah karena telah dialihfungsikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
"Saya seorang petani, dulu tanah saya ada satu hektar, tapi sekarang telah dimiliki oleh perusahaan perkebunan," kata Awir (30), petani asal Melimping, Banten.
Sejauh ini, aksi unjuk rasa berlangsung damai. Demonstrasi mendapat pengamanan ketat dari aparat kepolisian. [Yulia Enggarjati]
Ormas tani, nelayan, masyarakat adat, buruh, mahasiswa, yang ikut aksi berasal dari berbagai daerah. Antara lain, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta.
Aksi tersebut bertujuan untuk menyadarkan pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk lebih memperhatikan nasib pertanian. Mereka juga menagih janji Jokowi dan Jusuf Kalla ketika kampanye dulu yaitu menciptakan sembilan juta hektar lahan pertanian.
"Kita hari ini, di sini melakukan demo, pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kala telah berjanji ingin memberikan tanah untuk kami yang tidak memiliki tanah sebanyak sembilan juta hektar," ujar Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih.
Henry mengungkapkan selama pemerintah dipimpin Jokowi, sekitar dua tahun terakhir, kata Henry, lahan pertanian berkurang terus.
"Tapi malah dirampas hak kami. Tanah kita diambil oleh perusahaan-perusahaan besar, dan hasil produksi kitapun dijual dengan harga murah, kita merugi," kata dia.
Henry mengatakan saat ini hampir seluruh petani di berbagai daerah tidak memiliki tanah karena telah dialihfungsikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
"Saya seorang petani, dulu tanah saya ada satu hektar, tapi sekarang telah dimiliki oleh perusahaan perkebunan," kata Awir (30), petani asal Melimping, Banten.
Sejauh ini, aksi unjuk rasa berlangsung damai. Demonstrasi mendapat pengamanan ketat dari aparat kepolisian. [Yulia Enggarjati]
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Renungan Hari Tani: Tanah Subur, Petani Tak Makmur
-
Aksi Nekat di Hari Tani: Petani Riau Cor Tubuh dengan Semen, Tuntut Apa?
-
Hari Tani Nasional, BRI Dukung Sektor Pertanian melalui Akses Pembiayaan dan Pemberdayaan Inklusif
-
Hasto PDIP Optimis Lahirnya Petani Muda di Tengah Krisis Pangan dan Soroti Petani Tanpa Lahan
-
Cak Imin Minta Maaf, Sebut 27 Tahun PKB Omong Kosong untuk Petani
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Mendagri Terima Penghargaan dari Detikcom: Berhasil Dorong Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi Daerah
-
Anggota DPRD Bekasi Diduga Keroyok Warga di Restoran, Korban Dipukul Botol hingga Dihajar Kursi!
-
Gus Tajul Tegaskan Surat Pemberhentian Gus Yahya Sah, Meski Tanpa Stempel Resmi PBNU
-
Pemerintah Usul Hapus Pidana Minimum Kasus Narkotika, Lapas Bisa 'Tumpah' Lagi?
-
Heboh SE Pencopotan Gus Yahya, Komando PBNU Diambil Alih KH Miftachul Akhyar
-
Rano Karno: Lewat LPDP Jakarta, Pemprov DKI Kejar Tambahan Tenaga Dokter Spesialis
-
Katib PBNU Tajul Mafakhir ke Gus Yahya: Tak Terima Dicopot? Bawa ke Majelis Tahkim
-
BPJS Kesehatan Ungkap Data Mengejutkan: 454 Puskesmas Belum Memiliki Dokter Umum
-
Penyisiran Ulang Sungai di Bogor, Polisi Temukan Rahang Bawah Diduga Milik Alvaro
-
Pakar Hukum UGM Ingatkan KPK Soal Kasus ASDP: Pastikan Murni Fraud, Bukan Keputusan Bisnis