Suara.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda, Kalimantan Timur, KH Zaini Naim mengungkapan, praktik penggandaan uang berkedok agama di wilayah setempat sudah berlangsung sejak lama.
"Sebenarnya, penggandaan uang seperti kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Samarinda sudah setahun lalu saya mendapat laporan. Bahkan dari pantauan saya, hal seperti itu ada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sambutan, Samarinda Utara dan Sungai Kunjang," kata Zaini Naim, Kamis (6/10/2016).
Tahun 2015, lanjutnya, seorang warga Sambutan mengaku tertipu oleh seseorang yang mengaku sebagai ustad di Jawa Timur yang bisa menggandakan uang.
"Warga itu mengaku jika menyetor uang Rp2,5 juta akan berlipat ganda sekaligus bisa melihat Tuhan. Tetapi, setelah menunggu, uang yang disetor tidak kembali dan juga tidak ketemu Tuhan. Jadi, saya katakan praktik agama yang ujung-ujungnya meminta uang adalah penipuan," ujar dia.
Zaini juga mengungkapkan, sekitar lima tahun lalu pernah mendapat laporan terkait kasus penipuan dengan modus penggandaan uang yang dilakukan oleh seseorang mengaku kyai.
Warga diminta menaruh uang di dalam sebuah kotak yang dimasukkan bersama baju orang kaya, kemudian tidak diperbolehkan dibuka dalam jangka waktu tertentu. Namun, saat kotak itu dibuka 10 hari kemudian, uang tersebut raib.
"Lima tahun lalu, saya mendapat laporan bahwa di Kecamatan Samarinda Seberang ada seorang kyai yang mengaku mampu menggandakan uang. Warga ada yang tertipu Rp5 juta sampai Rp10 juta. Jadi, modus-modus penggandaan uang seperti yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi tersebut sudah lama ada di Samarinda," terangnya.
"Namun, apakah kasus tersebut ada hubungannya dengan praktik yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, itu yang belum saya tahu," ucap Zaini.
MUI Samarinda mengimbau masyarakat tidak mudah tertipu dengan penampilan seseorang yang mengaku sebagai ustad maupun kyai, tetapi meminta sejumlah uang untuk kegiatan tertentu.
"Kalau persoalan agama, apakah itu ustad maupun kyai merupakan orang yang membawa nilai-nilai agama dan dilakukan dengan penuh keikhlasan, bukan ujung-ujungya duit, apalagi seks," tuturnya.
Jika ingin belajar agama, lanjutnya, masyarakat harus melihat secara jeli kualitas keagamaan seorang ustad ataupun kyai, dengan melihat apa yang diajarkan, menggunakan media apa serta apa motivasinya.
"Jadi, jika agamanya sudah baik, medianya betul, niatnya ikhlas tetapi orangnya tidak benar, semisal mengaji saja tidak bisa, shalat tidak bisa, itu jangan diikuti," jelasnya.
"Atau ustadnya baik, tapi medinya tidak benar. Misalnya, memakai media burung kemudian disembelih dan daranhnya diambil, berarti media yang digunakan tidak betul karena itu najis. Ada juga ustadnya baik, medianya betul, doanya betul tapi niatnya atau motivasinya selain Lillahi Ta'ala, ustad ataupun kyai yang seperti itu jangan ikut," kata Zaini. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
Terkini
-
Menteri PPPA Soroti Kasus Gus Elham: Sentuhannya ke Anak Perempuan Bukan Bentuk Kasih Sayang
-
Usai BPKAD, Giliran Dinas Pendidikan Riau Digeledah KPK, Dokumen Apa yang Dicari?
-
Singgung Angka Sakti Presiden, Roy Suryo Minta Prabowo Selamatkan 8 Tersangka Kasus Ijazah Jokowi
-
Warga Sudah Resah dan Gelisah, PKS Minta Pramono Tak Gegabah Normalisasi Kali Krukut
-
Insentif Dapur Makan Bergizi Gratis Rp6 Juta per Hari Bukan Anggaran Baru, Ini Penjelasan BGN
-
Selain Nama Baik, Apa Saja yang Dipulihkan Prabowo Lewat Rehabilitasi Dua Guru di Luwu Utara?
-
DPR Apresiasi Rehabilitasi Guru Luwu Utara, Minta Pemerintah Ganti Biaya Hukum
-
ARAH Laporkan Ribka Tjiptaning ke Bareskrim Terkait Soeharto, Golkar: Monggo Saja
-
Gubernur Ahmad Luthfi Apresiasi TNI Atas Kontribusinya dalam Menjaga Ketahanan Pangan
-
Sutriah Bersyukur Jadi Peserta JKN: Manfaatnya Besar Sekali