Suara.com - Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Herwan membantah pihaknya kecolongan dengan adanya penyerangan tiga polisi di Tangerang, Banten (20/10/2016).
"Kita nggak kecolongan, karena ideologi itu nggak terlihat dan mereka bisa aktualisasi kapan saja, kita perlu waspada saja," katanya dalam seminar di FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya, Jumat (21/10/2016).
Dalam seminar tentang program penanganan terorisme yang juga dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj itu, dia mengemukakan hal tersebut menanggapi penyerangan polisi oleh SA (22) yang diduga memiliki hubungan dengan ISIS.
"Pelaku teror umumnya memang anak-anak muda, karena mereka umumnya juga di persimpangan jalan dan sedang mencari jatidiri," ujarnya.
Karenanya, lanjut dia, pelaku juga pemain tunggal yang belajar sendiri, melakukan persiapan sendiri, tapi ada historis kebencian dan sempat mengenyam pesantren tertentu yang berpaham keras.
"Pihak-pihak yang menangkapi mereka dianggap batu sandungan, karena itu mereka menyerang polisi atau densus. Kalau polisi di dalam kota mungkin masih bisa dikawal, tapi kalau polisi di lapangan yang ada di pinggiran kota, tentu rawan," katanya.
BNPT kini juga mulai memikirkan program penanganan teroris yang melibatkan 17 lembaga atau kementerian secara sinergis, karena terorisme memang kompleks, sehingga tidak bisa sektoral, termasuk perlu melibatkan universitas.
"Saya kira, lembaga pendidikan perlu mengajarkan asal usul paham radikalis dan teror, agar dapat diwaspadai. Kita juga bekerja sama dengan Kominfo membuat laman tentang paham-paham radikal sebagai informasi dan bahan dialog," katanya.
Dalam seminar itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj menyatakan radikalisme atau terorisme itu berpangkal pada rendahnya pendidikan. Mereka punya semangat Islam, tapi kurang paham tentang Islam secara ilmu/ilmiah, sehingga dijadikan sarana kekerasan.
"Jadi, Islam mereka hanya Islam semangat, bukan Islam ilmiah, mereka nol tentang tafsir, mereka nol tentang Asbabun Nuzul, tapi dijadikan dasar untuk melakukan kekerasan, bahkan untuk melegitimasi juga pakai baju Aswaja, padahal bukan Aswaja, kita harus cerdas, kita tetap ajarkan Islam dengan Islami," katanya.
Menurut dia, radikalisme atau terorisme yang sudah berbentuk ideologi memang sulit dicegah, karena itu langkah paling bijak adalah mengajari mereka yang menyimpang dalam konteks pemahaman dan belum menjadi ideologi.
"Untuk itu, kami menjalin kerja sama dengan berbagau pihak, termasuk dengan Polri, Polhukam, Kemenag, pemerintah pusat dan daerah serta lembaga lain seperti BNPT untuk melakukan penyadaran kepada masyarakat," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?