Suara.com - Mantan aktivis 98 yang juga Koordinator Jaringan Aksi Lawan Ahok, Sunarto, mendukung wacana Sidang Istimewa Majelis Persmusyawaratan Rakyat untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Joko Widodo.
"Caranya (melengserkan Jokowi) melalui sidang istimewa MPR. Kita mau revolusi damai, hanya dengan sidang istimewa MPR," kata Sunarto di Posko JALA, Jalan Guntur 49, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2016).
Menurut Sunarto pemerintah Jokowi dan Jusuf Kalla lebih memihak kepada pemodal dan pengembang daripada memperjuangkan kepentingan masyarakat.
"Jadi kenapa Soeharto lengser, itu kan dampak dari kebijakannya, kalau kemudian kita komparasikan, Jokowi itu dilengserkan karena apa, Ahok ditangkap karena apa? Karena mereka itu berhadapan dengan kepentingan rakyat, hak ekonomi, sosial, bahkan partisipasi politik dikebiri oleh mereka," katanya.
Sunarto menilai slogan reformasi saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan praktik pemerintahan.
"Kalau slogan-slogan reformasi ini tidak berpihak rakyat, ya kita gulung, kalau sistem reformasi masih seperti ini, penindasan dimana-mana, berarti ini tidak berjalan, reformasi dijadikan casing, oleh kepentingan politik elit maupun pemodal," katanya.
Itu sebabnya, untuk mengembalikan semangat reformasi, diperlukan konsolidasi total dalam waktu dekat.
"Iya, kita butuh konsolidasi total, saat ini saya lagi mengajak teman-teman Aktivis 99, 80, Mahasiswa, dan kaum buruh untuk bersatu," kata Sunarto.
Sunarto menyebut zaman Jokowi lebih parah dari Orde Baru.
Di acara yang sama, tokoh pergerakan Sri Bintang Pamungkas menyebut kedaulatan Indonesia saat ini sudah dalam kondisi bahaya. Itu sebabnya, menurut dia, harus dilakukan Sidang Istimewa Majelis Persmusyawaratan Rakyat untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Joko Widodo.
"Iya, karena ini masalah negara dalam bahaya, kedaulatan negara kita yang akan dikorbankan. Ini harusnya berlanjut hingga Sidang Istimewa MPR," kata Bintang.
Menurut Bintang demonstrasi pada 4 November bukan sebatas untuk menyelesaikan kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tetapi menyangkut masalah nasional.
"Ada semacam pikiran seakan-akan setelah Ahok ditangkap selesai, ini jangan sampai lupa, bahwa masalah Ahok itu masalah DKI, sedang masalah kita ini, masalah kita yang sebenarnya adalah masalah negara, harus berlanjut tidak boleh berhenti, harus berlanjut," katanya.
Berita Terkait
-
PSI Tegaskan Posisi: Tetap Pro-Jokowi dan Siap Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Fakta Sebenarnya di Balik Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu
-
Polda Metro Jaya Tetapkan 8 Tersangka dalam Kasus Ijazah Jokowi
-
Polda Metro Jaya Gelar Perkara Kasus Fitnah Ijazah Palsu Jokowi: Roy Suryo Cs Jadi Tersangka?
-
Sayembara Logo Projo Ramai Antusias dari Warganet, Hasilnya di Luar Dugaan
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kementan Targetkan Indonesia Mandiri Vaksin Hewan, Fasilitas di Surabaya Akan Ditingkatkan
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?