News / Metropolitan
Jum'at, 23 Desember 2016 | 12:49 WIB
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M. Iriawan dan Pangdam Jaya Mayor Jenderal Teddy Lhaksmana [suara.com/Agung Sandy Lesmana]

Suara.com - Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan penyidik mulai mendalami laporan dugaan penghinaan pahlawan yang dilakukan Dwi Estiningsih. Dwi adalah kader Partai Keadilan Sejahtera.

Laporan yang dibuat Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia (Forkapri) telah diterima oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya.

"Sudah diterima oleh (penyidik) Krimsus," kata Iriawan di kantor Direktorat Jenderal Bea Cukai, Jakarta Timur, Jumat (23/12/2016).

Iriawan mengatakan jika saat ini penyidik sedang mendalami penyelidikan atas laporan tersebut dengan mendalami keterangan para saksi

"Sedang (diselidiki) (penyidik) akan memanggil saksi," kata Iriawan

Sebelumnya, Forkapri melaporkan Dwi ke Polda Metro Jaya, Rabu (21/12/2016). Dwi dilaporkan terkait cuitan di Twitter @estiningsihdwi tentang gambar pahlawan di mata uang rupiah yang baru diluncurkan Bank Indonesia.

"Kami dari Forkapri melaporkan saudari Dwi Estiningsih atas cuitan yang berisi ujaran kebencian bernuansa SARA pada tanggal 19 dan 20. Masalah pahlawan kafir yang berisi ada lima uang yang dikeluarkan RI, 5 dari 11 pahlawan adalah kafir," kata Ketua Forkapri Birgaldo Sinaga usai membuat laporan di Polda Metro Jaya.

Birgaldo menilai konten cuitan Dwi bermuatan ujaran kebencian berbau SARA.

"Yang kedua twitannya yang berisi bahwa sebagian non muslim pejuang mayoritas adalah pengkhianat Jelas (ada tindak pidana) karena diduga melakukan unsur SARA. Itu kan ujaran kebencian apalagi itu pahlawan bangsa dimana negara telah memberikan penghargaan," kata dia.

Baca Juga: Fadli Zon Saran Tak Lagi Beli Alutsista Bekas

Birgaldo tidak menyebut nama lima pahlawan yang dianggap kafir. Birgaldo hanya menyebut nama daerah.

"Kalau dari uang ada dari Bali, Papua, Sumatera. Artinya itu jangan bangsa ini dipecah belah oleh politik identitas. Baju ini baju itu, kulit ini kulit itu," kata Birgaldo.

Birgaldo menilai konten di Twitter Dwi berpotensi memecah belah bangsa dan melukai hati keluarga para pejuang.

"Kami sebagai anak bangsa kebetulan ayah kami pejuang merasa sangat terluka dan ini bagian dari sebuah kami melihat ada upaya mengadu domba dan memecah belah seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Merauke dengan ujaran kebencian dan SARA," katanya.

"Tidak boleh lagi ada anak bangsa yang mencaci maki dan menghina para pahlawan bangsa yang telah berjuang kemerdekaan bangsa dan menghadiahkannya bagi kita semua," kata Birgaldo menambahkan.

Birgaldo menyesalkan kenapa Dwi menulis demikian di media sosial.

Load More