Suara.com - Kepolisian Prancis, Rabu (4/1/2017), menangkap mantan perdana menteri Kosovo, Ramush Haradinaj. Menurut sumber-sumber kepolisian dan Kementerian Luar Negeri Kosovo, penangkapan ini atas permintaan Serbia.
Haradinaj merupakan seorang komandan gerilya pada masa perang Kosovo 1998-1999. Serbia menganggap Haradinaj sebagai penjahat perang atas peranannya memimpin pemberontakan gerilya di bekas provinsinya di selatan, Kosovo.
Kosovo, dengan dukungan Barat, menyatakan kemerdekaan pada 2008.
Haradinaj sempat menjabat sebagai perdana menteri Kosovo pada 2004 dan 2005. Kala itu Kosovo berada di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-bangsa.
Haradinaj kemudian disidangkan di pengadilan PBB di Den Haag dan dibebaskan dua kali dalam tuduhan melakukan kejahatan perang.
"Ia ditahan oleh pihak berwenang Prancis berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan Serbia pada 2004, yang menurut kami tidak dapat diterima," kata Kementerian Luar Negeri Kosovo melalui pernyataan.
Kementerian mengatakan pihaknya sedang melakukan berbagai upaya untuk membebaskan Haradinaj.
Kepolisian perbatasan Prancis menahan Haradinaj tak lama setelah mantan PM Kosovo itu tiba di bandar udara Basel-Mulhouse di Prancis timur dalam penerbangan dari Pristina, kata sejumlah sumber.
Seorang sumber di kalangan peradilan mengatakan para penyelidik pada Kamis akan mulai melakukan penilaian soal apakah ada alasan untuk tidak memenuhi permintaan ekstradisi itu, terutama dalam kasus menyangkut masalah politik.
Tim penyelidik itu akan menentukan apakah Haradinaj sudah diadili di pengadilan PBB atas tuntutan yang sama dengan yang tertera dalam surat perintah penahanan yang dikeluarkan Serbia, kata sumber tersebut.
Haradinaj merupakan pemimpin partai oposisi Aliansi Masa Depan Kosovo (AAK).
Ia sedang melakukan kunjungan menggunakan paspor diplomatik ketika ditahan oleh pihak berwenang Prancis.
Pada Juni 2015, Haradinaj ditangkap oleh kepolisian Slovenia namun dibebaskan dua hari kemudian di tengah tekanan diplomatik.
Kosovo dan Prancis memiliki hubungan diplomatik yang erat dan Paris terus menjadi salah satu pendukung utama negara Eropa paling muda tersebut. [Antara]
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda
-
Karen Agustiawan Ungkap Pertemuan Pertama dengan Anak Riza Chalid di Kasus Korupsi Pertamina