Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan sudah memiliki bukti dugaan aliran dana dari tersangka kasus dugaan merencanakan makar Rachmawati Soekarnoputeri kepada tersangka kasus yang sama, Alvin Indra Al Fariz, sebesar Rp300 juta untuk demonstrasi ke DPR. Itu sebabnya, Iriawan tidak memasalahkan jika putri Bung Karno menyanggah.
"Aliran dana ada. Kita punya bukti. Bila tersangka bilang tidak, nggak masalah," kata Iriawan di Polda Metro Jaya, Rabu (11/1/2017).
Iriawan mengatakan untuk mendalami perkara tersebut, keterangan tersangka bukan satu-satunya yang dipakai polisi. Sesuai KUHAP, polisi hanya perlu mengantongi beberapa alat bukti, seperti keterangan saksi, surat, barang bukti, dan petunjuk.
"(Jadi) Keterangan tersangka tak kita butuhkan," kata dia.
Iriawan mengatakan polisi sudah mengantongi alat bukti yang cukup untuk menjerat Rachmawati.
"Kami sudah penuhi bukti-bukti permulaan yang cukup. Jadi kita tetap jalan," kata dia.
Sebelumnya, Rachmawati mengaku ikut menyumbang dana sebesar Rp300 juta untuk aksi 2 Desember. Uang itu diambil dari kocek pribadi kebutuhan logistik aksi ke DPR.
"Itu memang dari saya pribadi, hasil jerih payah saya bertahun-tahun," kata Rachmawati di DPR, Jakarta, Selasa (10/1/2017).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menambahkan uang itu bukan berasal dari sponsor tertentu, melainkan dari penghasilan sebagai pendiri Universitas Bung Karno.
"Ada yang fitnah saya dapat sponsor. Ini Fitnah. Ini semua fitnah. Yang saya bilang ini saya duga ada grand design untuk pembunuhan karakter kepada pejuang demokrasi. Kami pejuang demokrasi yang kritis ini dibungkam," tuturnya.
Dia menegaskan menyumbang uang untuk aksi merupakan hal yang biasa di dunia aktivis.
"Betul itu saya yang kasih. Waktu itu kan mereka mau demo saya kasih logistik. Mereka minta logistik makan minum. Saya ini kan hidup di dunia kampus ya saya biasa itu kasih transport. Kalau Rp300 juta dibagi 20 ribu orang berapa itu? 15 ribu ya, apa cukup itu? Paling cuma makan bakso," ujarnya.
"Aliran dana ada. Kita punya bukti. Bila tersangka bilang tidak, nggak masalah," kata Iriawan di Polda Metro Jaya, Rabu (11/1/2017).
Iriawan mengatakan untuk mendalami perkara tersebut, keterangan tersangka bukan satu-satunya yang dipakai polisi. Sesuai KUHAP, polisi hanya perlu mengantongi beberapa alat bukti, seperti keterangan saksi, surat, barang bukti, dan petunjuk.
"(Jadi) Keterangan tersangka tak kita butuhkan," kata dia.
Iriawan mengatakan polisi sudah mengantongi alat bukti yang cukup untuk menjerat Rachmawati.
"Kami sudah penuhi bukti-bukti permulaan yang cukup. Jadi kita tetap jalan," kata dia.
Sebelumnya, Rachmawati mengaku ikut menyumbang dana sebesar Rp300 juta untuk aksi 2 Desember. Uang itu diambil dari kocek pribadi kebutuhan logistik aksi ke DPR.
"Itu memang dari saya pribadi, hasil jerih payah saya bertahun-tahun," kata Rachmawati di DPR, Jakarta, Selasa (10/1/2017).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menambahkan uang itu bukan berasal dari sponsor tertentu, melainkan dari penghasilan sebagai pendiri Universitas Bung Karno.
"Ada yang fitnah saya dapat sponsor. Ini Fitnah. Ini semua fitnah. Yang saya bilang ini saya duga ada grand design untuk pembunuhan karakter kepada pejuang demokrasi. Kami pejuang demokrasi yang kritis ini dibungkam," tuturnya.
Dia menegaskan menyumbang uang untuk aksi merupakan hal yang biasa di dunia aktivis.
"Betul itu saya yang kasih. Waktu itu kan mereka mau demo saya kasih logistik. Mereka minta logistik makan minum. Saya ini kan hidup di dunia kampus ya saya biasa itu kasih transport. Kalau Rp300 juta dibagi 20 ribu orang berapa itu? 15 ribu ya, apa cukup itu? Paling cuma makan bakso," ujarnya.
Komentar
Berita Terkait
-
Romy Soekarno Anak Siapa? Cucu Presiden Pertama Dapat Kursi DPR Usai Sri Rahayu-Arteria Dahlan Mundur
-
Kerap Tak Sejalan dengan Megawati, Ini Jejak Politik Rachmawati Soekarnoputri
-
Membandingkan Kaesang dan Rachmawati Soekarnoputri: Pilih Partai Lain Meski Keluarga PDIP
-
Profil dan Biodata Rachmawati Soekarnoputri: Keturunan Soekarno yang Tak Bernaung di PDIP
-
Jejak Politik Rachmawati Soekarnoputri, Tak Pernah Sejalan dengan Megawati
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa