Ketua Fraksi Gerindra DPR, Desmon J. Mahesa (kanan). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya Desmon Junaedi Mahesa polemik panas yang bermunculan belakangan ini merupakan bagian dari pemanasan menjelang pemilihan presiden tahun 2019.
Menurut Desmon menilai pertarungan yang sudah tampak saat ini antara Partai Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Nah ini menurut saya pertarungan pra pilpres sebenarnya. Bisa juga pertarungan antara keluarga SBY dan keluarga PDI Perjuangan," kata Desmon di DPR, Jakarta, Kamis (2/2/2017).
Salah satu indikatornya, kata Desmon, sikap yang muncul terhadap adanya silang pendapat sejumlah pihak yang keberatan atas sikap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan kuasa hukum kepada Ketua MUI Ma'ruf Amin di pengadilan. Kesaksian Ma'ruf dipersoalkan karena dianggap tidak berkata jujur tentang adanya telepon dari Yudhoyono sebelum penyelenggaraan pertemuan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di kantor PBNU.
Kemarin, Ahok akhirnya meminta maaf atas sikapnya terhadap Ma'ruf. Kemudian, pada malam harinya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan, dan Pangdam Jaya Mayjen Teddy Lhaksmana sowan ke rumah Ma'ruf Amin di Koja, Jakarta Utara.
Usai pertemuan tersebut, Ma'ruf menyatakan telah memaafkan Ahok.
"Ini kan Ahok yang gaduh, kok penjabat negara yang datang ke kyai. Itu karena Ahok yang minta atau bosnya Ahok yang nyuruh orang-orang itu? Ini kan yang datang, kapolda, Pak Luhut, itu kan orang-orang terhormat yang datang ke Kyai Ma'ruf. Ini inisiatif atau diperintah?" katanya.
"Kok persoalan Ahok ini jadi hal yang luar biasa. Kenapa kesannya jadi jelek? Kenapa kesannya penguasa terlibat melindungi Ahok dengan datangnya petinggi negara ke Kyai Ma'ruf?" Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat menambahkan.
Menurut Desmon menilai pertarungan yang sudah tampak saat ini antara Partai Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Nah ini menurut saya pertarungan pra pilpres sebenarnya. Bisa juga pertarungan antara keluarga SBY dan keluarga PDI Perjuangan," kata Desmon di DPR, Jakarta, Kamis (2/2/2017).
Salah satu indikatornya, kata Desmon, sikap yang muncul terhadap adanya silang pendapat sejumlah pihak yang keberatan atas sikap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan kuasa hukum kepada Ketua MUI Ma'ruf Amin di pengadilan. Kesaksian Ma'ruf dipersoalkan karena dianggap tidak berkata jujur tentang adanya telepon dari Yudhoyono sebelum penyelenggaraan pertemuan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di kantor PBNU.
Kemarin, Ahok akhirnya meminta maaf atas sikapnya terhadap Ma'ruf. Kemudian, pada malam harinya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan, dan Pangdam Jaya Mayjen Teddy Lhaksmana sowan ke rumah Ma'ruf Amin di Koja, Jakarta Utara.
Usai pertemuan tersebut, Ma'ruf menyatakan telah memaafkan Ahok.
"Ini kan Ahok yang gaduh, kok penjabat negara yang datang ke kyai. Itu karena Ahok yang minta atau bosnya Ahok yang nyuruh orang-orang itu? Ini kan yang datang, kapolda, Pak Luhut, itu kan orang-orang terhormat yang datang ke Kyai Ma'ruf. Ini inisiatif atau diperintah?" katanya.
"Kok persoalan Ahok ini jadi hal yang luar biasa. Kenapa kesannya jadi jelek? Kenapa kesannya penguasa terlibat melindungi Ahok dengan datangnya petinggi negara ke Kyai Ma'ruf?" Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat menambahkan.
Komentar
Berita Terkait
-
SBY: Penanganan Bencana Tidak Segampang yang Dibayangkan, Perlu Master Plan yang Utuh
-
Mengapa Cara Prabowo Tangani Bencana Begitu Beda dengan Zaman SBY? Ini Perbandingannya
-
Tak Terduga! SBY Spontan Hentikan Mobil dan Melukis di Pinggir Jalan Wonogiri
-
Air Laut Nyaris Sejajar Tanggul Pantai Mutiara, Bisa Bikin Monas Kebanjiran?
-
Diundang Presiden, Giovanni van Bronckhorst Batal ke Indonesia
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa